Weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar, menjadi awal mula seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan.
Menurutnya, apabila anak-anak yang mengalami weight faltering dibiarkan, maka bisa mengalami berat badan rendah atau underweight.
Kondisi tersebut, seiring waktu mengakibatkan anak mengalami wasting, yakni gizi kurang, di mana anak tampak sangat kurus.
Anak yang mengalami wasting, umumnya mempunyai berat badan rendah dibandingkan tinggi badannya dan lingkar lengan atas (LILA) kecil.
Gizi buruk terjadi akibat pola makan yang tidak memadai, dari segi kualitas dan kuantitas ataupun penyakit infeksi yang dialaminya.
Diketahui, gizi buruk yang tidak ditangani membuat anak berisiko 3 kali lebih tinggi menjadi stunting dan anak stunting beirisiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami wasting.
Selain itu, masih kurang optimalnya skrining anak yang berisiko stunting di tengah masyarakat, juga menjadi penyebab stunting cukup tinggi.
Misalnya kader posyandu atau bidan yang mengukur berat badan anak, ketika anak masih memakai jaket.
Karena itu, Kemenkes berupaya mengoptimalkan akurasi data stunting dengan melakukan pelatihan sumber daya manusia (SDM).
Sehingga petugas pengukuran antropometri, yakni bidan dan kader posyandu, dapat mengukur secara akurat.
Pemenuhan alat antropometri sesuai standar juga akan diusahakan di seluruh posyandu dan fasilitas kesehatan di Indonesia, agar angka stunting akurat dan sesuai yang ditargetkan. (*)
Baca Juga: Mengenali Gejala Stunting Menurut Kemenkes dan Cara Menanggulanginya