GridHEALTH.id - Prevalensi stunting di Indonesia dari tahun 2022 ke 2023 hanya mengalami penurunan sebesar 0,1 persen, menjadi 21,5 persen.
Keadaan ini tentu menjadi sorotan karena target pemerintah adalah 14% di tahun 2024.
Stunting menjadi perhatian negara karena kondisi pertumbuhan fisik anak yang terhambat akibat kekurangan gizi akan mengganggu keberlangsungan pembangunan negara dan daya saing di masa depan.
Selama ini penyebab utama yang dituding adalah kekurangan gizi.
Namun, konsumsi gula yang berlebihan juga berpengaruh walaupun belum banyak mendapat perhatian, sebagaimana fokus pengurangan gula, garam, dan lemak (GGL) yang masih senyap gaungnya.
Di sisi lain, tren popularitas gula rendah kalori sebagai alternatif untuk mengurangi asupan gula telah menimbulkan pertanyaan apakah gula rendah kalori menyebabkan tubuh menjadi kekurangan zat yang diperlukan.
Seperti apa fakta dan keterkaitan antara stunting dan konsumsi gula rendah kalori.
Gizi yang seimbang, termasuk protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral, penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Stunting seringkali disebabkan oleh kekurangan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari kehamilan hingga usia 2 tahun), di mana pertumbuhan otak dan fisik anak sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang memadai.
Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
Oleh karena itu, mengurangi konsumsi gula berlebihan merupakan langkah yang bijak untuk menjaga kesehatan.
Baca Juga: Langkah Kemenkes Menangani Kasus Stunting di Berbagai Daerah Indonesia
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar