GridHEALTH.id - Depresi adalah kondisi kesehatan mental yang umum dan dapat memengaruhi siapa saja, seperti yang dijelaskan oleh WHO.
Kondisi ini ditandai dengan suasana hati yang buruk atau hilangnya minat dan kesenangan dalam aktivitas sehari-hari yang berlangsung selama dua minggu atau lebih.
Berbeda dengan perubahan suasana hati yang biasa, episode depresi hampir selalu berlangsung sepanjang hari.
Orang yang mengalami depresi mungkin menghadapi gangguan tidur, perubahan nafsu makan, perasaan rendah diri, pikiran tentang kematian, serta keputusasaan tentang masa depan.
Gejala lainnya termasuk kelelahan dan kesulitan berkonsentrasi.
Statistik Depresi di Dunia
Di dunia, sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa, neurologi, dan penyalahgunaan obat.
Gangguan ini menyumbang 14% dari beban penyakit global. Dari jumlah ini, sekitar 154 juta orang menderita depresi.
Data menunjukkan bahwa satu dari tujuh remaja usia 10-19 tahun mengalami masalah psikologis, dengan depresi menjadi penyebab utama disabilitas di kalangan remaja.
Depresi juga dapat menyebabkan bunuh diri.
Dan ini merupakan penyebab kematian keempat terbesar di antara remaja di seluruh dunia.
Baca Juga: Ini Dua Masalah Kesehatan Mental yang Paling Sering Terjadi di Dunia, Kenali Gejalanya!
Depresi di Kalangan Remaja Indonesia
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, prevalensi depresi di Indonesia adalah 6,2% pada penduduk berusia 15-24 tahun.
Survei kesehatan mental pada remaja Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa 5,5% remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental.
Dengan 1% di antaranya mengalami depresi, 3,7% mengalami kecemasan, 0,9% mengalami gangguan stres pasca-trauma (SPTSD), dan 0,5% mengalami Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD).
Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi depresi di Indonesia secara nasional tercatat sebesar 1,4%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Jawa Barat (3,3%), Kalimantan Timur (2,2%), dan Banten (1,7%).
Sebaliknya, prevalensi terendah tercatat di Bali (0,2%), Kalimantan Tengah (0,3%), Kepulauan Bangka Belitung (0,3%), dan Jambi (0,3%).
Kelompok Berisiko Tinggi
Prevalensi depresi tertinggi di Indonesia ditemukan pada kelompok usia 15-24 tahun, dengan angka 2%, diikuti oleh kelompok lansia (1,9%).
Kelompok usia 35-44 tahun memiliki prevalensi depresi terendah.
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi depresi lebih tinggi pada perempuan (1,8%) dibandingkan laki-laki (1%).
Selain itu, depresi lebih banyak ditemukan pada mereka dengan pendidikan menengah ke bawah (1,5%), serta pada kelompok yang tidak bekerja dan sedang sekolah (2%).
Baca Juga: 7 Fakta Hasil SKI 2023, Rangkuman Laporan Tematik Survei Kesehatan Indonesia
Perlunya Pendidikan Kesehatan Mental Bagi Gen Z
Penting untuk memberikan dukungan dan pendidikan kesehatan mental yang memadai bagi anak-anak dan remaja yang mengalami depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa gangguan depresi tertinggi ditemukan pada Gen Z yang memiliki pendidikan minimal sekolah menengah pertama dan atas.
Penelitian di Turki dan Iran juga menunjukkan tingginya prevalensi depresi pada anak sekolah menengah, yang sering kali berhubungan dengan struktur keluarga, kekerasan verbal, fisik atau seksual, hukuman fisik, serta riwayat penyakit.
Penanganan yang tepat sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak depresi pada remaja.
Pendekatan yang efektif harus mempertimbangkan perbedaan gender dan faktor-faktor khusus yang memengaruhi setiap individu.
Dengan dukungan yang memadai, diharapkan angka depresi pada remaja dapat ditekan dan kesehatan mental mereka dapat ditingkatkan.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dan Tujuannya