Find Us On Social Media :

Indonesia Kembangkan Bedah Telerobotik, Operasi Jarak Jauh yang Hilangkan Hambatan Geografis

Kongres Urological Association of Asia (UAA) 2024 akan membahas mengenai teknologi bedah robotik

Robotic Telesurgery sendiri merupakan salah satu use case inovatif pemanfaatan internet 5G, yang memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time, termasuk untuk kasus-kasus urologi.

Pengembangan telerobotic surgery di Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk menjalankan pilot project di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RSUP Haji Adam Malik (Medan). Teknologi ini menjadi salah satu highlight pada kongres UAA mendatang.

“Dalam aplikasi di bidang urologi, bedah robotik telah digunakan untuk melakukan operasi prostatektomi radikal dalam penanganan kanker prostat. Selain itu, bedah robotik dapat digunakan untuk laparoskopi nefrektomi radikal dengan menggunakan teknologi sistem Da Vinci yang ada di Indonesia. Saat ini kami juga memiliki harapan besar di masa depan untuk bisa mengimplementasikan bedah robotik di berbagai rumah sakit, dengan menggunakan sistem-sistem lainnya seperti Edge Medical Robotic dan SHURUI Single-port Endoscopic Surgical System dari negara Cina, Hinotori™ Surgical Robotic System dari Jepang, ataupun Mantra® dari India,” tutur Prof. Chaidir.

Teknologi bedah robotik kini berkembang menjadi telerobotik, yang artinya bisa dilakukan jarak jauh. Dokter berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robotlah yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut.

Telerobotic surgery adalah proses yang kompleks, ada beberapa persyaratan utama terkait perangkat keras, fungsionalitas, dan teknis streaming/internet.

Sistem ini mampu menerima dan mengubah data bedah secara real-time, memungkinkan ahli bedah untuk mengoperasi sambil duduk di konsol pada jarak jauh, dan melihat bidang bedahnya pada gambar 3D di layar.

Sistem Da Vinci menyediakan tiga atau empat lengan robot: satu lengan endoskopi, dan dua atau tiga lengan instrumen yang akan menjalankan perintah ahli bedah.

Prof. Chaidir kembali menyatakan, jika teknik ini bisa dijalankan segera di Indonesia, tentu mampu memberikan keuntungan bagi pasien dan juga dokter.

“Beberapa diantaranya adalah mampu menjangkau wilayah-wilayah terpelosok dan kualitas pelayanan RS pun jadi merata, mengeliminasi perjalanan jarak jauh apalagi bagi pasien yang sudah terminal, penggunaan teknologi robotik mampu meningkatkan akurasi bedah dan meminimalisasi rasa sakit, serta mengurangi infeksi atau penularan virus yang bisa terjadi jika pasien berpindah-pindah ke rumah sakit lain. Ditambah lagi, teknik ini memungkinkan adanya kolaborasi antar dokter bedah sehingga hasil lebih maksimal,” tuturnya.

Untuk membahas mengenai penyakit urologi, Kongres Urological Association of Asia (UAA) pun akan kembali diadakan di Indonesia pada 5-8 September 2024 mendatang. Kongres yang merupakan puncak pertemuan urologi di Asia ini akan dilaksanakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) dan diperkirakan sekitar 5.000 ahli urologi dari 60 negara, terutama di Asia, akan mengikutinya.

UAA dan Indonesian Urological Association (InaUA) yang bertindak sebagai tuan rumah kongres, tahun ini mengangkat tema “Integrating Urological Frontiers: Transformative Innovation Meets Global Collaboration”.

Baca Juga: Mengenal Terapi RIRS, Pengobatan Batu Ginjal yang Minim Sayatan