Find Us On Social Media :

Indonesia Kembangkan Bedah Telerobotik, Operasi Jarak Jauh yang Hilangkan Hambatan Geografis

Kongres Urological Association of Asia (UAA) 2024 akan membahas mengenai teknologi bedah robotik

GridHEALTH.id –Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., PhD, mengatakan bahwa layanan urologi tengah diperluas di seluruh rumah sakit Indonesia. Hal ini karena kasus urologi memiliki morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi, sehingga menjadi salah satu dari empat prioritas utama pemerintah.

Sebagai informasi, penyakit urologi adalah penyakit yang berhubungan dengan sistem urinari pada pria dan wanita serta sistem reproduksi pada pria. Sistem urinari mencakup ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, sedangkan sistem reproduksi pria meliputi penis, testis, skrotum, dan prostat.

Beberapa contoh penyakit urologi meliputi, infeksi saluran kemih (ISK), batu ginjal, pembesaran prostat, kanker prostat, kanker kandung kemih, dan masih banyak lagi.

“Saat ini, kasus-kasus penyakit urologi masih menjadi tantangan bagi bidang kesehatan di Indonesia. Kita ambil contoh kasus Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), jumlah peserta BPJS di pulau Jawa yang terdiagnosis sepanjang 2016 hingga 2020 berjumlah 97.043 pasien. Sepanjang tahun yang sama, tercatat ada 56.671 pasien yang menjalani operasi dan 49.428 pasien menjalani pengobatan. Angka ini cukup tinggi, belum lagi yang di luar pulau Jawa.” ujar Prof. Dante, Rabu (19/6/2024).

Dalam kesempatan yang sama, Prof. dr. Chaidir A. Mochtar, SpU(K), Ph.D, selaku Ketua Kolegium Urologi Indonesia dan Dokter Spesialis Urologi, menjelaskan prevalensi beberapa penyakit urologi di Indonesia.

“Di Indonesia, Global Cancer Statistics menunjukkan bahwa kanker prostat adalah kanker kelima yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia, dengan jumlah kasus baru sebanyak 13.563 pada tahun 2020. Lalu, untuk penyakit kanker ginjal, terdapat 2.394 kasus baru kanker ginjal dan 1.358 kematian pada tahun 2020.” jelasnya.

Penyakit berikutnya yaitu Batu Ginjal, tercatat sebanyak 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400 penduduk Indonesia menderita batu ginjal pada 2013.

Prof. Chaidir menambahkan, ada banyak penyakit yang tergolong penyakit urologi. Namun, ada beberapa gejala tertentu yang bisa menunjukkan bahwa seseorang mungkin perlu menemui dokter urologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Beberapa gejala yang mengindikasi adanya kemungkinan penyakit urologi seperti adanya darah dalam urin, sakit saat buang air kecil, perubahan pola buang air kecil, inkontinensia (kesulitan menahan kencing atau bocor), nyeri di perut bagian bawah, ISK terlalu sering, atau pada pria bisa juga terjadi perubahan massa pada testis dan disfungsi ereksi. Jika mengalami hal-hal tersebut, ada patutnya kita curiga dan menemui dokter ahli,” kata Prof. Chaidir.

Untuk menekan jumlah kasus urologi, salah satu layanan yang sedang ingin dikembangkan di Indonesia adalah bedah telerobotik (telerobotic surgery). Selain mempermudah, bedah telerobotik atau operasi jarak jauh menggunakan robot ini juga diharapkan dapat menekan masalah kekurangan SDM kesehatan dan hambatan geografis.

“Kami tentu mendukung UAA dan inovasi-inovasi yang akan dilahirkan dalam bidang urologi ini. Kemenkes juga telah melakukan uji coba dan demonstrasi bedah telerobotik atau bedah robotik jarak jauh pertama kali di Indonesia, bertepatan dengan kunjungan kerja Presiden Republik Islam Iran ke Indonesia pada 2023 lalu. Telerobotic surgery menguntungkan untuk mengisi kekurangan dokter spesialis bedah dan menghilangkan hambatan geografis sehingga dapat membantu para dokter bedah dan pasien di daerah terpencil agar dapat memiliki akses ke prosedur bedah terbaru,” jelas Prof. Dante.

Baca Juga: Penuhi Gizi Lengkap Keluarga Sehat dengan Minum Vitamin Setiap Hari, Aman untuk Ginjal?

Robotic Telesurgery sendiri merupakan salah satu use case inovatif pemanfaatan internet 5G, yang memungkinkan dokter bedah untuk melakukan tindakan operasi terhadap pasien secara jarak jauh dan real-time, termasuk untuk kasus-kasus urologi.

Pengembangan telerobotic surgery di Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk menjalankan pilot project di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RSUP Haji Adam Malik (Medan). Teknologi ini menjadi salah satu highlight pada kongres UAA mendatang.

“Dalam aplikasi di bidang urologi, bedah robotik telah digunakan untuk melakukan operasi prostatektomi radikal dalam penanganan kanker prostat. Selain itu, bedah robotik dapat digunakan untuk laparoskopi nefrektomi radikal dengan menggunakan teknologi sistem Da Vinci yang ada di Indonesia. Saat ini kami juga memiliki harapan besar di masa depan untuk bisa mengimplementasikan bedah robotik di berbagai rumah sakit, dengan menggunakan sistem-sistem lainnya seperti Edge Medical Robotic dan SHURUI Single-port Endoscopic Surgical System dari negara Cina, Hinotori™ Surgical Robotic System dari Jepang, ataupun Mantra® dari India,” tutur Prof. Chaidir.

Teknologi bedah robotik kini berkembang menjadi telerobotik, yang artinya bisa dilakukan jarak jauh. Dokter berada di tempat yang berbeda dengan pasien, dan robotlah yang menjadi perpanjangan tangan dokter tersebut.

Telerobotic surgery adalah proses yang kompleks, ada beberapa persyaratan utama terkait perangkat keras, fungsionalitas, dan teknis streaming/internet.

Sistem ini mampu menerima dan mengubah data bedah secara real-time, memungkinkan ahli bedah untuk mengoperasi sambil duduk di konsol pada jarak jauh, dan melihat bidang bedahnya pada gambar 3D di layar.

Sistem Da Vinci menyediakan tiga atau empat lengan robot: satu lengan endoskopi, dan dua atau tiga lengan instrumen yang akan menjalankan perintah ahli bedah.

Prof. Chaidir kembali menyatakan, jika teknik ini bisa dijalankan segera di Indonesia, tentu mampu memberikan keuntungan bagi pasien dan juga dokter.

“Beberapa diantaranya adalah mampu menjangkau wilayah-wilayah terpelosok dan kualitas pelayanan RS pun jadi merata, mengeliminasi perjalanan jarak jauh apalagi bagi pasien yang sudah terminal, penggunaan teknologi robotik mampu meningkatkan akurasi bedah dan meminimalisasi rasa sakit, serta mengurangi infeksi atau penularan virus yang bisa terjadi jika pasien berpindah-pindah ke rumah sakit lain. Ditambah lagi, teknik ini memungkinkan adanya kolaborasi antar dokter bedah sehingga hasil lebih maksimal,” tuturnya.

Untuk membahas mengenai penyakit urologi, Kongres Urological Association of Asia (UAA) pun akan kembali diadakan di Indonesia pada 5-8 September 2024 mendatang. Kongres yang merupakan puncak pertemuan urologi di Asia ini akan dilaksanakan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) dan diperkirakan sekitar 5.000 ahli urologi dari 60 negara, terutama di Asia, akan mengikutinya.

UAA dan Indonesian Urological Association (InaUA) yang bertindak sebagai tuan rumah kongres, tahun ini mengangkat tema “Integrating Urological Frontiers: Transformative Innovation Meets Global Collaboration”.

Baca Juga: Mengenal Terapi RIRS, Pengobatan Batu Ginjal yang Minim Sayatan

Kongres UAA ke-21 ini diharapkan mampu mewujudkan tujuan utama UAA, yaitu untuk mempromosikan bidang urologi di Asia, serta meningkatkan pelayanan bagi pasien penyakit Urologi khususnya di wilayah Asia.

Kongres ini akan membahas beberapa materi seperti uro-onkologi, androurologi, urologi rekonstruksi, endourologi, neurourologi, urologi pediatrik, dan urologi wanita.

Selain itu, salah satu yang menjadi highlight-nya adalah pemaparan kemajuan teknologi bedah robotik yang paling mutakhir, serta demonstrasi langsung bedah telerobotik yang akan dilaksanakan dari Denpasar dan terhubung dengan ahli di Beijing/Shenzhen, dengan jarak sekitar 8.500 km.

Prof. dr. Ponco Birowo, SpU(K), PhD, President Elect of the Urological Association of Asia (UAA) dan Chairman Local Organizing Committee menjelaskan, “Tahun ini, kongres UAA akan diadakan di Indonesia. Tahun ini mengangkat tema “Integrating Urological Frontiers: Transformative Innovation Meets Global Collaboration. Kami sangat bersyukur, bahwa jumlah abstrak ilmiah yang diterima pada tahun ini merupakan yang terbanyak dalam sejarah UAA.”

“Saat ini juga, sudah terdapat 2083 peserta yang mendaftarkan diri, tersebar dari 38 negara, dan kita harapkan angka tersebut terus bertambah. Peserta kongres memiliki kesempatan untuk mengikuti workshop, kuliah interaktif, dan presentasi poster yang menyuguhkan materi inovatif dari subspesialiasi. Kami berkomitmen untuk terus mempromosikan urologi di Asia, serta memperkecil kesenjangan dalam standar perawatan urologi di setiap negara, salah satunya dengan meningkatkan perawatan pasien dan pelatihan tenaga ahli bidang urologi.”

Bukan tanpa alasan penyakit urologi perlu mendapat perhatian. Pasalnya, kematian akibat batu kantung kemih terus meningkat secara global sejak tahun 1990.

“Penyakit urologi perlu mendapat perhatian dan penanganannya harus terus mengikuti perkembangan teknologi, seperti pada urolithiasis (batu kantung kemih), yang mana jumlah kasus, disability-adjusted life years (DALYs), dan kematian akibat batu kantung kemih terus meningkat secara global sejak tahun 1990.” ujar Prof. Ponco.

“Isu penting lainnya adalah terkait transplantasi ginjal pada kasus gagal ginjal stadium akhir. Kebutuhan global akan transplantasi ginjal sangat besar dan terus meningkat karena beberapa faktor, termasuk meningkatnya angka penyakit ginjal kronis (PGK), populasi yang menua, serta prevalensi diabetes dan hipertensi sebagai faktor risiko utama PGK. Dibandingkan dialisis, transplantasi ginjal memberikan outcome yang lebih baik dalam aspek kesintasan jangka panjang, kualitas hidup, dan biaya yang perlu dikeluarkan.

Akan tetapi, masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan donor ginjal dan suplai yang tersedia, dilihat dari 90.000 pasien yang berada di waiting list untuk transplantasi ginjal di Amerika Serikat pada tahun 2020. Kenyataan ini membuat kami menyoroti pentingnya pemantauan dan perencanaan terhadap sistem kesehatan, khususnya urologi, di masa depan,” tambah Prof. Ponco.

Tahun ini, salah satu hal yang sangat disoroti adalah inovasi bedah telerobotik yang mulai diperkenalkan di Indonesia.

“Kami memiliki harapan besar, khususnya bagi Indonesia, agar ke depannya mampu menjalankan bedah telerobotik secara mandiri. Hal ini tentu sangat berguna bagi peningkatan kualitas hidup pasien khususnya di Indonesia. Oleh sebab itu, kami sangat bangga bisa mengadakan press conference kami yang pertama ini, dengan harapan bahwa rekan-rekan media bisa membantu memberikan edukasi terkait UAA mendatang dan apa saja kemajuan bidang urologi saat ini,” tambahnya. (*)

Baca Juga: Pantangan Makanan Penderita Batu Ginjal, Ini 7 yang Harus Dihindari untuk Cegah Komplikasi