Find Us On Social Media :

Asam Urat Tinggi Tapi Tidak Terasa Sakit, Apa Sebenarnya Penyebabnya?

Penyebab asam urat tinggi tapi tidak sakit

GridHEALTH.id – Asam urat adalah zat alami yang dihasilkan tubuh sebagai hasil pemecahan purin, senyawa yang terdapat dalam berbagai makanan.

Ketika kadar asam urat dalam tubuh meningkat, kondisi ini dikenal sebagai hiperurisemia.

Meskipun banyak orang mengaitkan asam urat tinggi dengan rasa sakit, terutama pada sendi, faktanya tidak semua orang yang memiliki kadar asam urat tinggi merasakan gejala yang sama.

Bahkan, tak sedikit juga yang mengalami asam urat, namun tidak merasakan sakit sama sekali.

Sebenarnya apa yang menjadi penyebabnya?

Berikut ini penjelasan selengkapnya.

Penyebab asam urat tinggi

Asam urat adalah produk limbah yang dihasilkan dari pemecahan purin, yang terdapat dalam berbagai makanan seperti daging merah, makanan laut, dan beberapa jenis sayuran.

Normalnya, asam urat larut dalam darah dan dikeluarkan melalui urin.

Namun, ketika tubuh memproduksi terlalu banyak asam urat atau tidak cukup mengeluarkannya, kadar asam urat dalam darah bisa meningkat.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat, di antaranya:

1. Diet tinggi purin: Mengonsumsi banyak makanan yang mengandung purin tinggi seperti daging merah, makanan laut, dan alkohol.

Baca Juga: Sering Dianggap Wajar, Siapa Sangka 5 Kondisi Ini Ciri-ciri Asam Urat di Jari Tangan

2. Genetika: Faktor keturunan dapat memengaruhi kemampuan tubuh mengelola asam urat.

3. Obesitas: Berat badan berlebih dapat meningkatkan produksi asam urat.

4. Kondisi medis: Penyakit tertentu seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal dapat mempengaruhi kadar asam urat.

5. Penggunaan obat-obatan: Beberapa obat diuretik dan obat lain dapat meningkatkan kadar asam urat.

Mengapa tidak semua orang mengalami sakit?

Tidak semua orang dengan kadar asam urat tinggi mengalami gejala nyeri. Berikut beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi:

1. Resistensi terhadap kristal asam urat: Pada beberapa orang, tubuh mereka mungkin lebih resisten terhadap pembentukan kristal asam urat di sendi, sehingga tidak merasakan nyeri meskipun kadar asam urat tinggi.

2. Fase tanpa gejala (asimtomatik): Hiperurisemia asimtomatik adalah kondisi di mana kadar asam urat tinggi tetapi tidak ada gejala yang dirasakan.

Ini bisa berlangsung bertahun-tahun sebelum gejala muncul.

3. Pengelolaan yang baik: Pola makan yang baik dan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah gejala asam urat meskipun kadar asam urat tinggi.

Misalnya, mengonsumsi banyak air putih dan menghindari makanan tinggi purin.

4. Perbedaan individu: Setiap orang memiliki tingkat toleransi yang berbeda terhadap kadar asam urat.

Baca Juga: Cara Mengolah Daging yang Aman untuk Asam Urat, Kuncinya Ada pada 3 Rempah Ini

Beberapa orang mungkin tidak merasakan efek negatif meskipun kadar asam urat mereka tinggi.

Apa yang harus dilakukan?

Meskipun tidak merasakan gejala, penting untuk tetap memantau dan mengelola kadar asam urat. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Pemeriksaan rutin: Melakukan tes darah secara rutin untuk memantau kadar asam urat.

2. Perubahan pola makan: Mengurangi konsumsi makanan tinggi purin dan memperbanyak makanan yang rendah purin seperti sayuran hijau dan buah-buahan.

3. Hidrasi yang cukup: Minum banyak air putih untuk membantu mengeluarkan asam urat melalui urin.

4. Olahraga teratur: Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan ideal dan meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

5. Konsultasi dengan dokter: Berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan saran dan perawatan yang tepat jika diperlukan.

Kadar asam urat tinggi tidak selalu berarti seseorang akan mengalami rasa sakit atau gejala lainnya.

Banyak faktor yang memengaruhi hal ini, termasuk resistensi tubuh terhadap kristal asam urat, fase asimtomatik, dan perbedaan individu.

Namun, penting untuk tetap waspada dan mengelola kadar asam urat melalui pola makan sehat, hidrasi yang cukup, olahraga, dan pemeriksaan rutin.

Dengan demikian, risiko komplikasi yang lebih serius dapat diminimalkan. (*)

Baca Juga: Sering Dianggap Sepele, Benarkah Nyeri Tumit Termasuk Gejala Asam Urat?