GridHEALTH.id – Toilet training adalah salah satu tahap penting dalam tumbuh kembang anak yang membantu mereka belajar mandiri dan memahami kebersihan diri.
Mengajarkan anak menggunakan toilet bukan hanya soal kebiasaan, tetapi juga melatih keterampilan yang akan mereka gunakan seumur hidup.
Selain itu, toilet training juga dapat memberikan manfaat kesehatan untuk anak.
Maka dari itu, penting untuk tidak menunda mengajarkan anak buang air secara mandiri.
Lalu, kapan sebenarnya anak bisa mulai diajarkan toilet training?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini penjelasan selengkapnya dari dr. Meitha Pingkan Ester T., Sp.A(K).
Apa itu toilet training?
Dalam Seminar Media Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (24/12/2024), dr. Meitha Pingkan Ester T., Sp.A(K) menjelaskan toilet training adalah proses belajar anak untuk mampu buang air secara mandiri di toilet layaknya orang dewasa.
“Toilet training dilakukan melalui latihan buang air kecil dan buang air besar dalam toilet atau kamar mandi sesuai dengan waktu dan tahapan usia anak, agar anak bisa melakukan secara mandiri dan dapat diterima secara sosial.” jelas dr. Meitha.
Selain melatih anak mengontrol buang air besar dan buang air kecil di tempat yang seharusnya, toilet training juga mengajarkan anak memakai celana sendiri setelah buang air besar atau buang air kecil.
Keberhasilan anak untuk buang air secara mandiri dan tepat ditandai dengan dua hal, yaitu:
1. Tercapainya kontinensia, yaitu kondisi ketika anak mampu mengenali sensasi eliminasi, bagaimana ia mengetahui akan buang air besar maupun buang air kecil.
Baca Juga: 3 Titik Pijat Mengatasi Beser, Tak Perlu Repot Sering Pergi ke Toilet
2. Penguasaan seluruh rantai perilaku yang menyertai kunjungan toilet.
Misalnya, ketika anak merasa ingin buang air kecil, ia akan segera menunju toilet, duduk, kemudian buang air kecil atau besar, dan membersihkan diri juga tangannya.
Risiko menunda toilet training pada anak
Mengajarkan anak untuk buang air di toilet sebaiknya tidak ditunda-tunda.
Sebab, toilet training yang tertunda bisa menyebabkan sejumlah risiko.
“Toilet training yang tertunda bisa menyebabkan stres bagi orang tua, keluarga, hingga tempat penitipan anak, karena beban kerja akan meningkat akibat kurangnya anak-anak yang terlatih menggunakan toilet.” ujar dr. Meitha.
“Selain itu, anak yang belum bisa menggunakan toilet secara mandiri juga dikhawatirkan dapat mengakibatkan peningkatan penyebaran penyakit atau infeksi, diare, dan hepatitis A.” sambungnya.
Kapan anak siap untuk memulai toilet training?
Toilet training umumnya mulai dilakukan pada anak usia toddler, yaitu periode usia 12-36 bulan.
“Pada usia 24 bulan, anak mulai memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Selain itu, sebagian besar perkembangan fisiologis, kognitif, dan emosional untuk toilet training adalah pada usia 18-30 bulan.” jelas dr. Meitha.
Kendati demikian, dr. Meitha menjelaskan bahwa usia tidak dapat menjadi patokan pasti yang menunjukkan kapan anak bisa memulai toilet training.
“Setiap anak memiliki kecepatan perkembangannya masing-masing. Oleh karena itu, para orang tua disarankan untuk menunggu sampai anak menunjukkan karakteristik atau tanda perkembangan bahwa ia siap melakukan toilet training.” pungkas dr. Meitha.
Nah, itu dia penjelasan mengenai toilet training pada anak. Semoga bermanfaat! (*)
Baca Juga: Awas Terkena Penyakit Kutil Kelamin dari Toilet Umum, Mudik dan Mampir di Rest Area Wajib Waspada