GridHEALTH.id - Banjir Pekalongan menjadi catatan dalam sejarah karena hampir 70% wilayah di Kota Pekalongan terendam banjir.
Beberapa wilayah yang tidak pernah terdampak banjir, kali ini mulai terendam dan air mulai memasuki rumah.
Baca Juga : Anies Baswedan Sebut Ada 370 Kasus DBD di DKI , Ini Cara Mencegah!
Banjir Pekalongan terhitung sejak Minggu (27/1/19), lebih dari 3.000 jiwa diungsikan karena wilayah yang sudah tidak memadai dan berkurangnya kebutuhan pangan yang tersedia.
Yang perlu diwaspadai selain berkurangnya pasokan makanan, yaitu kesehatan seperti penyakit yang sering muncul saat banjir. Berikut beberapa di antaranya:
Hipotermia
Kondisi ini sering terjadi pada musim dingin utamanya saat hujan bahkan banjir.
Hipotermia terjadi karena suhu tubuh turun di bawah 35° Celsius mengikuti suhu udara yang semakin turun dan dingin.
Baca Juga : Rawat Kulit Sehat Sekarang, Awas Perubahan Kulit Saat Udara Dingin!
Gejala yang biasanya terjadi yaitu menggigil, pusing, mual, detak jantung melemah, merasa gelisah, energi berkurang, kulit kering, bahkan pada bayi dapat menyebabkan kulitnya memerah.
Infeksi bakteri
Air yang kotor saat banjir bisa jadi bercampur dengan segala jenis kotoran seperti sampah bahkan kotoran hewan.
Seperti penyakit yang berasal dari bakteri air seni tikus, leptospirosis.
Bakteri ini masuk ke tubuh lewat kulit, melalui luka memar dan terbuka atau melalui mata yang bersentuhan dengan air kotor genangan banjir.
Gejala leptospirosis biasanya seperti sakit kepala, nyeri otot, demam, hingga pendarahan hebat di paru-paru.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan jika penderita leptospirosis tidak segera diobati dapat enyebabkan kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang), penyakit pernapasan, gagal hati, dan bahkan kematian.
Baca Juga : Obat Anti Nyamuk Ampuh Bunuh Nyamuk. Picu Kanker Paru pada Manusia
Jamur
Masalah utama lainnya yang kerap diderita orang saat banjir dan hujan yaitu jamur. Tumbuh di bagian yang lembap
Jamur tumbuh di bagian lembab seperti pada sela-sela jari kaki.
Kelembapan ini dapat memengaruhi masalah pernapasan, seperti batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, hingga nyeri pada dada.
Selain itu, asma dan alergi juga sering kali muncul pada saat banjir seperti ini.
Penyakit ini bisa dengan mudah ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara, dan lainnya.
Baca Juga : Selain Sumber Vitamin, 5 Buah Ini Bisa Sembuhkan Diare pada Anak.
Diare
Hal ini terjadi karena kurangnya cairan pada tubuh dalam jumlah besar, terutama pada bayi, anak-anak, dan orang dengan kondisi imun tubuh lemah.
Penyebab diare adalah adanya bakteri yang masuk dalam tubuh yaitu campylobacter, salmonella, shigella dan Escherichia coli.
Gejala yang sering muncul yaitu sakit perut hingga ingin buang air besar secara terus menerus, mual, sakit kepala, demam, hingga kram perut hebat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia memang rawan terhadap bahaya diare dan 8,5% angka kematian berasal dari penyakit diare.
Baca Juga : Anak Sakit Tipes? Begini Penanganan dan Pencegahan Demam Tifoid
Tipes
Demam tifoid atau yang biasa kita kenal dengan tipes sering juga dialami oleh seseorang yang terdampak banjir.
Demam tifoid biasanya ditandai dengan sakit kepala, mual, demam berkepanjangan, kehilangan nafsu makan, bahkan diare.
Penyakit ini biasanya berasal dari bakteri Salmonell typhi ini ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi.
Memang di saat banjir sering kali kita jumpai kondisi air yang sudah tercemar dan sangat kotor.
Demam Berdarah
Penyebab utamanya yaitu gigitan nyamuk aedes aegypti. Banyak orang, terutama anak-anak dan remaja, mungkin tidak mengalami tanda-tanda atau gejala selama kasus demam berdarah ringan.
Ketika gejalanya muncul, biasanya mulai empat sampai tujuh hari setelah digigit nyamuk.
Baca Juga : Anies Baswedan Sebut Ada 370 Kasus DBD di DKI , Ini Cara Mencegah!
Demam berdarah menyebabkan sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot, mual, nyeri di belakang mata, demam hingga 40° Celcius.
Untuk meminimalisir terjadinya penyakit seperti di atas, alangkah baiknya kita mempersiapkan obat-obatan pribadi, baju hangat, sepatu boots saat banjir melanda. (*)
Source | : | Mayo Clinic,WHO,kemenkes.go.id |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar