GridHEALTH.id.- Begitu dinyatakan hamil, seorang wanita akan selalu berdoa, semoga sepanjang kehamilan, tidak mengalami hal-hal buruk, terutama menyangkut kesehatan janin dan ibunya.
Apalagi kalau mengingat, tidak semua perempuan bisa mendapat kesempatan mengandung sampai 9 bulan, dan melahirkannya dengan sempurna. Maka kehamilan dapatlah dianggap sebagai anugerah yang luar biasa dari Yang Maha Kuasa.
Baca Juga : Kista Ovarium Pecah Bikin Artis Kate Beckinsale ke UGD! Ini Gejalanya
Tetapi malangnya, dalam beberapa keadaan, ada ibu yang harus kehilangan janinnya sehingga harus merasakan proses kuret atau proses kuratase.
Memang ini pilihan yang sangat berat. Bukan cuma harus kehilangan janin namun juga proses yang dijalankan amat berat.
Si ibu harus menyiapkan hati, mental dan fisik pula untuk melakukan proses kuret.
Meskipun kuret tidak selalu dilakukan saat ibu keguguran, kuret juga dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit, seperti pendarahan pada uterus, pendarahan setelah menopause atau ketika ibu mengalami polip rahim dan kanker Rahim.
Kuret sendiri dalam bahasa medis dikenal dengan nama D&C (dilation and curettage), dalam bahasa Indonesia disebut dengan dilasi dan kuretase.
Baca Juga : Pakai Masker Kunyit di Area Mata 10 Menit, Lihat Hasilnya Mengejutkan!
Kuret merupakan tindakan bedah pengerukan dinding rahim. Tujuannya untuk membersihkan rahim dari sisa janin, mengatasi plasenta yang melekat pada rahim, hamil anggur, dan perdarahan setelah lewat menopause.
Ketika dokter menyarankan kuret, yang jadi tujuan utamanya adalah agar kesehatan ibu, terutama organ reproduksinya, kembali pulih.
Baca Juga : Sule Hingga Zaskia Gotik Pakai Infus Kromosom Agar Wajah Bersinar
Karena jika sisa-sisa janin atau adanya benda asing/daging tumbuh semisal tumor dibiarkan di dalam rahim, selain muncul gangguan kesehatan, seperti: perdarahan dan sakit perut, juga dikhawatirkan akan muncul penyakit berbahaya, contohnya kanker.
Dikutip dari Mayo Clinic, saat melakukan dilatasi dan kuret, dokter akan menggunakan langkah kecil untuk membuka rahim, bisa menggunakan obat perangsang ataupun alat.
Sebab leher rahim ibu tentu tidak terbuka sendiri, apalagi setelah mengalami keguguran.
Pada saat melahirkan, tubuh ibu secara otomatis merangsang pelebaran leher rahim dan juga dengan bantuan dari dorongan kepala bayi.
Sedangkan, pada saat keguguran, tubuh ibu tidak merangsang pelebaran leher rahim, sehingga perlu dilakukan dilatasi untuk membuka leher rahim.
Baca Juga : Bikin Gemuk, Hindari Melakukan 7 Kebiasaan Ini Setelah Makan
Dokter kemudian menggunakan alat bedah yang disebut kuret, untuk mengangkat jaringan rahim. Alat kuret yang digunakan dalam D&C ini bisa tajam atau menggunakan alat isap.
Lalu bagaimana proses kuret berlangsung?
Sebelum prosedur
Ibu akan mendapat instruksi dokter untuk membatasi makanan dan minuman.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memulai proses kuret dengan pelebaran serviks beberapa jam atau bahkan sehari sebelum prosedur.
Baca Juga : Simak 5 Khasiat Minyak Calendula Untuk Mengatasi Masalah Kulit
Hal ini akan membantu rahim terbuka secara bertahap, dan biasanya dilakukan saat rahim perlu dilatasi lebih dari pada D&C standar, seperti saat penghentian kehamilan atau dengan jenis histeroskopi tertentu.
Dokter biasanya menggunakan obat yang disebut misoprostol (Cytotec), diberikan secara oral atau vaginal untuk melembutkan leher rahim, atau memasukkan batang ramping yang terbuat dari laminaria ke dalam rahim.
Laminaria secara bertahap mengembang dengan menyerap cairan di rahim sehingga rahim terbuka.
Untuk dilatasi dan kuretase, kita akan menerima anestesi. Pilihan anestesi tergantung pada alasan D&C dan riwayat kesehatan.
Baca Juga : Ini Dia, 6 Cara Atasi Nyeri Lutut Dengan Mudah dan Murah
Bentuk anestesi lainnya memberikan sedasi ringan atau menggunakan suntikan untuk mematikan hanya area kecil (anestesi lokal), atau daerah yang lebih luas (anestesi regional) pada tubuh.
Selama prosedur
Pasien berbaring telentang di atas meja operasi sementara tumit berada di tempat yang disebut sanggurdi.
Baca Juga : Ingin Si Kecil Jadi Anak Baik? Ajukan Pertanyaan Ini Setiap Hari
Dokter akan memasukkan alat yang disebut spekulum ke dalam vagina, seperti saat tes Pap Smear untuk melihat serviks.
Lalu dokter memasukkan serangkaian batang yang lebih tebal dan tebal ke dalam serviks untuk perlahan melebarkannya sampai cukup terbuka.
Setelah itu alat dilatasi dikeluarkan dan memasukkan alat berbentuk sendok dengan tepi tajam, atau alat isap dan menghilangkan jaringan rahim.
Karena tidak sadar atau terbius selama D&C, seharusnya tidak akan merasakan sakit apa pun selama proses kuret.
Setelah prosedur
Setelah melakukan kuret, pasien tinggal beberapa jam di ruang rawat agar dokter dapat memantai jika terjadi pendarahan atau ada komplikasi lain pascakuret.
Beberapa jam itu juga digunakan untuk memulihkan fisik akibat efek anastesi.
Baca Juga : Jempol Sakit Karena Terlalu Lama Bermain Hp, Begini Penanganannya
Jika pasien mendapati general anastesi, mungkin akan merasakan mual atau muntah. Bisa pula mengalami sakit tenggorokan.
Efek samping kuret yang normal akan terasa beberapa hari kemudian, efeknya yaitu kram ringan dan flek.
Untuk mengatasi efek samping itu, dokter mungkin akan memberikan obat ibuprofen seperti Advil, Motrin I atau obat lainnya. Pasien diharapkan dapat beraktivitas kembali setelah 1 atau 2 hari pasca kuret.
Perlu diingat, setelah melakukan kuret jangan dahulu memasukan apa pun atau berhubungan intim dengan suami.
Baca Juga : Anies Baswedan Sebut Ada 370 Kasus DBD di DKI , Ini Cara Mencegah!
Hal ini untuk menghindari masuknya kuman atau penyebaran penyakit lainnya.
Konsultasikan pada dokter jika menggunakan tampon atau ingin melanjutkan aktivitas seksual.
Sebab rahim harus membangun kembali lapisan baru setelah kuret. Maka siklus menstruasi selanjutnya mungkin akan mundur.
Jika mengalami proses kuret karena keguguran, bicarakan dengan dokter kapan waktu yang tepat dan aman untuk mulai mencoba hamil lagi. (*)
Source | : | Tabloid Nakita,American Pregnancy Association.,nakita.grid.id |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar