GridHEALTH.id - Hamil anggur atau istilah kedokterannya, mola hidatidosa (MH), ditemukan sejak abad ke-6 M.
Namun, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebabnya.
Dugaan yang terus berkembang adalah akibat pengaruh penyakit infeksi yang diderita ibu, kekurangan gizi terutama protein tinggi, dan sel telur tidak memiliki inti atau sel telur rusak sehingga pembuahan tak berjalan sempurna.
Hamil anggur, menurut dr. Bambang Fadjar, SpOG.,n dari RS Internasional Bintaro, merupakan kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana di dalam rahim tak ditemukan janin, malah terdapat banyak gelembung cairan.
Baca Juga : Pilih-pilih Pelembab Mata Sehat Sesuai Tempat Tinggal dan Kondisi
Disebut hamil anggur karena bentuknya memang mirip buah anggur.
Jaringan di dalam rahim berbentuk gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih.
Normalnya, lanjut Bambang, setelah terjadi konsepsi antara sel sperma dan sel telur, maka hasilnya menjadi mudigah. Kelak sel-sel yang berada di dalam akan berkembang menjadi janin sementara sel-sel di bagian luar akan membentuk trofoblas yang kemudian akan menjadi plasenta.
Namun, pada hamil anggur, hasil konsepsi perkembangannya terhenti. Yang justru berkembang adalah sel-sel trofoblas yang menjadi sekelompok (ratusan) sel seperti bola.
Sel-sel ini abnormal, tidak mengandung pembuluh-pembuluh darah di dalamnya sehingga hanya berupa gelembung-gelembung. Ukurannya dari 1 milimeter hingga 2 centimeter.
Menurut Bambang ada dua jenis hamil anggur.
Pertama, complete mole (mola klasik), yaitu kehamilan yang seluruhnya palsu karena janin sama sekali tidak terbentuk.
Kedua, partial mole, yakni janin sempat tumbuh namun tidak sempurna (tidak normal).
Untuk kasus yang terakhir, umumnya janin sempat hidup hingga 1 bulan. Bahkan ada pula yang hingga beberapa bulan atau hingga menjelang persalinan.
Untuk diketahui, perkembangan hamil anggur biasanya lebih cepat dari normal, sehingga besar rahim lebih dari usia kehamilan. Gejala lainnya adalah:
Baca Juga : Meninggal Setelah Makan Mie Rebus, Benarkah Kandungan MSG di Dalam Mie Dapat Sebabkan Kematian?
-Terjadi mual-muntah hebat (hiperemesis gravidarum) dan sakit kepala.
-Muncul perdarahan dari vagina, bisa sangat banyak bisa juga hanya sedikit. Umumnya terjadi pada minggu ke-12 sampai ke14 kehamilan.
-Kadang-kadang tekanan darah ibu meninggi yang merupakan gejala awal preeklamsia (hipertensi dalam kehamilan). Biasanya terjadi lebih awal, di bawah usia 20 minggu.
-Saat dilakukan pemeriksaan, USG misalnya, tak ditemukan adanya degup jantung janin.
-Jika hormon tiroid ibu diperiksa, biasanya mengalami peningkatan. Kemudian di dalam air seni biasanya ditemukan kadar protein yang tinggi.
Jika ibu rutin memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan biasanya kehamilan anggur bisa dideteksi dini. Pasalnya, saat berkonsultasi dokter akan memeriksa kondisi kehamilan ibu, entah melalui pemeriksaan dalam, USG, atau lainnya.
Baca Juga : Terlalu Sering Makan Mi Instan Memang Bahaya, Tapi Begini Cara Memasaknya Untuk Kurangi Risiko Kesehatannya!
Jika dokter menemukan kelainan pembesaran uterus (rahim) yang lebih cepat dari normal, bisa saja ia sudah mencurigai terjadi kehamilan anggur.
Demikian pula saat USG, bahkan USG transvaginal dapat mendeteksi kehamilan anggur pada usia 8-10 minggu.
Biasanya, saat USG muncul gambaran badai salju (snow storm atau snow flake pattern).
Jika terjadi hamil anggur namun ibu tidak mengalami keguguran spontan, tindakan yang dilakukan adalah dilatasi dan kuretase.
Yakni dengan memasukkan alat melalui vagina untuk menyedot gelembung-gelembung sampai bersih.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan usai dilakukan dilatasi dan kuretase, yaitu:
*Ibu harus tetap mendapat pengawasan, terutama memonitor adanya penyulit seperti kadar hormon HCG (Hormon Chorionic Gonadotrophin) secara berkala, yaitu 2 minggu dalam 3 bulan pertama, sebulan sekali pada 3 bulan berikutnya, 2 bulan sekali untuk 6 bulan berikutnya.
Tiga tahun berikutnya, pemeriksaan ini dilakukan setiap 6 bulan sekali.
*Mencegah penyebaran sel trofoblas dengan cara pemberian obat sitostatik, yaitu obat penghenti pertumbuhan sel. Perlu diketahui, sel trofoblas dapat menyebar melalui darah.
Jika tak terkendali bisa merusak fungsi sel-sel lain di sekitarnya, seperti paru-paru, vagina, sumsum tulang belakang, serta hati.
*Ibu harus melakukan pemeriksaan darah setiap minggu dan rontgen setiap 4-6 minggu.
Baca Juga : Kementerian Kesehatan Telah Umumkan Kasus KLB Rabies di NTB
*Ibu sebaiknya menunda dahulu kehamilan berikutnya dengan menggunakan alat kontrasepsi karet KB (kondom).
Pasalnya, ada kemungkinan ibu akan mengalami hamil anggur kembali pada kehamilan berikutnya.
Umumnya terjadi pada ibu hamil di bawah 20 tahun, di atas 34 tahun, serta mempunyai banyak anak (lebih dari 3 orang).
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar