Hal itu disebabkan oleh stres dari putus cinta yang membuat seseorang cemas, mengganggu proses biologis yang biasanya membantu tubuh agar tertidur di penghujung hari.
"Ketika Anda menderita patah hati, akan sangat sulit untuk menenangkan pikiran Anda, mematikannya dan beristirahat," katanya.
Alexander juga mengatakan, rasa cemas dan peningkatan palpitasi jantung sering terjadi ketika sedang patah hati.
"Sangat penting untuk mengetahui bahwa luka dan kesedihan dari hati yang patah dapat 'menendang' dan 'membanjiri' sistem saraf," katanya.
"Sangat normal untuk keadaan hypoarousal ini memicu perasaan kehilangan kendali."
Dalam beberapa kasus ekstrem, perpisahan dapat menyebabkan gejala seperti serangan jantung.
Broken heart syndrome atau kardiomiopati Takotsubo, seperti yang pertama kali dijelaskan dalam literatur medis Jepang pada 1990-an, adalah kondisi jantung sementara yang terlihat dan terasa seperti serangan jantung dan sering disebabkan oleh situasi stres, seperti kematian orang yang dicintai atau putus cinta.
Harmony Reynolds , seorang ahli jantung di Langone Medical Center, New York University, mengatakan kepada HuffPost bahwa sindrom patah hati didiagnosis pada sekitar 1% - 2% pasien yang datang ke rumah sakit dengan gejala serangan jantung.
Dia menjelaskan bahwa gejala, perubahan elektrokardiogram dan tes darah pada orang dengan sindrom patah hati mirip dengan yang dialami pasien serangan jantung, meskipun arteri jantung tetap terbuka.
"Pasien dengan sindrom patah hati juga memiliki kelainan fungsi otot jantung selama mengalaminya," kata Reynolds.
Source | : | Instagram,Huffington Post,Grid.ID |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar