Pada kasus yang parah, keratitis dapat menyebabkan kornea menjadi keruh (kurangnya transparansi) dan vaskularisasi (peningkatan kepadatan pembuluh darah).
Baca Juga : Berendam Dalam Air Rendaman Bath Bomb Bikin Kulit Sehat Atau Tidak?
Efek gabungan ini dapat mengaburkan penglihatan, dan cenderung dapat membuat seseorang mengalami kebutaan.
Dengan paparan sinar matahari berulang-ulang, kelopak mata bisa mengalami atrofi (degenerasi), bulu mata bisa rontok, membuat mata tidak terlindungi dan berkontribusi terhadap hilangnya penglihatan.
Kanker kelopak mata, jaringan di sekitar mata, kornea dan sklera (bagian putih mata) dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan sepenuhnya.
Gangguan sistem saraf
Sekitar 25% penderita xeroderma pigmentosum akan mengalami gangguan sistem saraf, seperti mikrosefali (kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala yang lebih kecil dan perubahan struktural di otak), berkurangnya refleks tendon serta hilangnya pendengaran (ketulian yang disebabkan oleh kerusakan saraf pada saraf otak).
Penderitanya juga dapat mengalami gangguan kognitif progresif, kelenturan (kekakuan otot rangka), ataksia (kontrol dan koordinasi otot yang buruk), kejang, kesulitan menelan bahkan kelumpuhan pita suara.
Masalah-masalah ini diduga timbul karena hilangnya sel-sel saraf di otak. Otak pasien xeroderma pigmentosum menunjukkan atrofi (penyusutan) ditandai dengan pelebaran ruang berisi cairan di tengah otak.
Baca Juga : Salah Kenakan Lip Balm, Pelajar Ini Nyaris Tewas Karena Minyak Almond
Kanker
Penderita xeroderma pigmentosum memiliki peluang lebih besar untuk terkena kanker tertentu.
Risiko terkena kanker kulit non-melanoma, seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa, kanker rongga mulut, khususnya karsinoma sel skuamosa di ujung lidah (daerah yang terpapar sinar matahari non-berpigmen), sering terjadi terutama pada pasien berkulit gelap.
Source | : | grid.id,rarediseases.org |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar