Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya adalah diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga kejang.
Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling berisiko mengalami infeksi ini.
Meskipun jarang, bakteri patogen ini juga dapat mengakibatkan bakterimia dan osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita dewasa.
Walau E. sakazakii efeknya meyeramkan, tapi Widodo dan Estu sepakat jika bakteri bisa dijegah.
Ada pun yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegahnya adalah:
- Sajikan susu formula hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya untuk setip kali minum. Tujuannya mengurangi kuantitas dan waktu kontaminasi susu formula dengan udara kamar.
- Meminimalkan "hang time" atau waktu antara kontak susu dengan udara kamar hingga saat pemberian.
Baca Juga : Duduk Sembarangan Bisa Membuat Tulang Belakang Bengkok, Ini Buktinya
Waktu yang direkomendasikan tidak lebih dari 4 jam. Semakin lama waktu tersebut semakin meningkat risiko pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut.
- Hal lain yang penting adalah memerhatikan dengan baik dan benar cara penyajian susu formula bagi bayi, sesuai instruksi dalam kaleng atau petunjuk umum.
Peningkatan pengetahuan orangtua, perawat bayi dan praktisi klinis lainnya tentang prosedur persiapan dan pemberian susu formula yang baik dan benar harus terus dilakukan. (*)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar