GridHEALTH.id - Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia semakin meningkat di awal 2019.
Dari 1 hingga 29 Januari 2019, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terdapat 13.683 penderita DBD di seluruh Indonesia dengan jumlah 132 korban meninggal dunia.
Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyebutkan jumlah korban terbanyak ada di Jawa Timur yaitu 2.657 penderita.
Sedangkan Provinsi kedua terbanyak adalah Jawa Barat dengan total 2.008 penderita, diikuti NTT dengan 1.169 penderita.
Baca Juga : Makan Kulit Ayam Berbahaya dan Bikin Gemuk? Tidak Selalu, Begini Fakta Sebenarnya!
“133 jumlah kematian, tertinggi adalah Jawa Timur,” ungkap Nadia, di kantor Kemenkes, Jakarta Timur, Rabu (30/1/2019).
DBD merupakan salah satu penyakit yang cukup mematikan, dan siapapun bisa terkena penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Salah satu korban meninggal akibat terkena DBD adalah Asnat Landu Tana (33), seorang ibu hamil 7 bulan asal Sumba Timur.
Korban meninggal dunia saat sedang dirawat di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu pada Sabtu (9/3/2019) pukul 04.00 WITA.
Paman korban, Panda Huki mengungapkan keponakannya itu mengikuti Posyandu pada 5 Maret 2019 karena sedang hamil.
Lalu korban didiagnosis mengidap DBD dan sempat menginap satu malam di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu.
Satu malam menginap di rumah sakit tersebut, kandungan Asnat diketahui meninggal di dalam perut.
Karena kondisi korban lemah akhirnya dokter menunda operasinya.
Baca Juga : Hampir Meninggal Karena Diare, Putri Dokter Reisa Selamat Berkat Obat Ini
"Karena kondisi tubuh korban tidak stabil, akhirnya tunda sudah operasinya. Sehingga, Sabtu (9/3/2019) pada pukul 04.00 Wita nyawa korban tidak bisa tertolong lagi," ungkap Panda Huki dilansir dari Pos Kupang.
Melansir Nakita.ID, virus dengue bentuknya sangat kecil hingga bisa melewati plasenta dan bisa masuk ke janin.
Itulah mengapa jika terkena DBD saat hamil amat sangat berbahaya, baik bagi sang ibu maupun janin.
Risiko terjadinya kelahiran mati sangat tinggi. Apabila bayi beruntung, kemungkinan lahir dalam kondisi prematur atau berat badan rendah dapat terjadi.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Enny Paixão, dari The London School of Hygiene & Tropical Medicine, menunjukkan sementara ada pemahaman yang luas bahwa demam berdarah berpotensi berbahaya dalam kehamilan.
“Sebagian besar kasus demam berdarah tidak menunjukkan gejala atau sembuh sendiri, namun beberapa kasus berkembang menjadi penyakit parah.
Infeksi tanpa gejala klinis tampaknya tidak berbahaya bagi janin, tetapi juga bahwa demam berdarah klinis selama kehamilan tampaknya meningkatkan frekuensi kelahiran mati, prematur, dan berat badan lahir rendah,” kata Paixão, melansir dari breakdengue.org.
Seorang ibu hamil yang terkena DBD dapat diketahui dengan gejala seperti ini, melansir CDC.gov:
- Demam (38 derajat Celcius atau lebih)
- Sakit kepala yang parah
- Nyeri mata ketika digerakkan dan di belakang mata
- Nyeri pada otot, persendian dan tulang
- Terdapat ruam
- Pendarahan ringan dari hidung atau gusi. (*)
Baca Juga : Untuk Apa Ussy Sulityowati Lakukan Tes DNA, Jika Bukan Lihat Garis Keturunan?
Source | : | cdc.gov,pos kupang,Nakita.ID |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar