GridHEALTH.id - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan, Fidiansjah, mengatakan caleg yang stres akibat gagal dalam pemilihan umum akan menjadi perhatian Kemenkes.
Memang setiap kali ada ajang pemilihan umum, akan ada mantan calon legilatif yang menjadi stres akibat gagal menang.
Tetapi Fidi mengaku tidak dapat memprediksi penyebab dari stres yang dialami mantan calon legislatif tersebut, karena setiap individu pasti berbeda.
Baca Juga : Inilah Tanda Awal Kanker Sedang Berkembang yang Seharusnya Diwaspadai Sebelum Terlambat
Menurutnya, daya tahan individu yang stres ini sedang rapuh, sehingga timbul gejolak di dalam diri mereka.
“Orang-orang yang rapuh menghadapi antara realitas dengan kenyataan bukan hanya pada pemilu. Tapi terjadi di semua kondisi. Untuk itu, prinsipnya di dalam penyeleksian pasti mengalami kemenangan atau kegagalan. Maka kesiapan menerima kenyataan karena tidak sesuai yang diharapan harus bisa menerima. Prinsip pertamanya itu siap kalah dan menang,” kata Fidi pada Selasa (16/4/2019), melansir Tribun Kaltim.
Ia juga menjelaskan, terjadinya stres pascapemilu sudah dianggap sebagai sebuah kejadian yang tidak biasa atau dianalogikan seperti bencana alam, tidak dapat diprediksi.
“Ini sebuah situasi yang diketahui banyak pihak sebagai sesuatu seperti kejadian yang tidak biasa atau bencana. Proses ini (Pemilu) adalah proses persaingan dan gangguan jiwa itu bisa terjadi dari ringan sampai tingkat berat,” katanya.
Benarkah stres yang dialami mantan calon legislatif ini termasuk dalam gangguan jiwa?
Depresi pascapemilu ini bisa disebut dengan istilah Post Election Stress Disorder (PESD) atau gangguan stres pascapemilu, ini sudah cukup lama dikenal.
Bahkan di Amerika, tingkat stres orang Amerika meningkat dan lebih tinggi daripada 10 tahun terakhir sebelumnya, bahkan tahun saat tahun resesi mulai 2008 silam.
Hal ini merupakan hasil dari survei yang dilakukan American Psychological Association (APHA) selama masa 2016 hingga 2017.
Baca Juga : Misteri Kematian RA Kartini, dari Diracuni Oleh Belanda Hingga Diduga Alami Preeklamsia Usai Melahirkan
Gejala PESD tidak hanya berpengaruh terhadap mental saja, tetapi juga fisik. Gejala gengguan kesehatan yang muncul akibat PESD adalah sakit kepala, perasaan kewalahan, cemas hingga depresi.
Menurut Thomas G. Plante, PhD, penulis di Psycology Today, penelitian dan data awal menunjukkan gagasan PSED ini nyata dan merupakan 'sesuatu'.
"Begitu banyak orang yang tampaknya merasa berkecil hati, bingung, dan tertekan oleh iklim politik kita dan masa depan bangsa.
Baca Juga : Pernah di Posisi Ani Yudhoyono, Sutopo Purwo Sarankan Makanan Ini Untuk Mengurangi Efek Kemoterapi Kanker
Dan gejala stres mereka dapat menyebabkan masalah potensial dalam fungsi pribadi, sosial, dan pekerjaan mereka," tulis Thomas.
Sebenarnya, PESD tidak dikategorikan dalam gangguan mental.
Menurut psikiater Dr. Allen Frances pada 2017 pernah berkata bahwa hal itu mungkin lebih tepat bila disebut stres.
"Bukan gangguan mental bila merasakan emosi sebagai respons terhadap stres atas kehidupan," ujar Frances yang juga seorang profesor dan ketua emeritus dari Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Duke University School of Medicine.
Baca Juga : Caleg Stress di Panti Rehabilitasi Masih Suka Tebar Janji & Kampanye, Berikut Cerita Mereka yang Merawatnya
Penanganan stres dan gangguan kejiwaan tentu berbeda.
Source | : | Kompas.com,Tribun kaltim,Psychology Today |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar