Menurut John Hopkins Medicine, ketika seseorang meretakkan leher, punggung, atau jari mereka, bunyi itu berasal dari "gelembung" nitrogen di dalam kapsul yang melindungi persendian atau ligamen saat mereka meregangkan dan membenturkan kembali ke tempatnya.
Pada kebanyakan kasus, kebiasaan ini tidak berbahaya. Namun jika bunyi itu dirasakan oleh rasa sakit atau bengkak, bisa jadi ada indikasi cedera dan perlu perhatian medis.
Dr Robert Glatter, dokter darurat di Lenox Hill Hospital, New York City menyebut bahwa secara umum retakkan leher perlu dihindari karena bisa menyebabkan pecahnya dinding pembuluh darah kritis yang memasok darah ke otak.
"Robekan di dinding pembuluh darah dapat menyebabkan stroke jika gumpalan darah terbentuk di lokasi cedera, dan kemudian pecah dan memnlokir aliran darah ke otak," ungkap Glatter dikutip Kompas.com dari Live Science.
Lihat postingan ini di Instagram
Tak hanya itu, menurut Glatter, meretakkan leher juga dapat merusak saraf, ligamen, dan tulang.
Dalam kasus Kunicki, dia bahkan tidak berusaha untuk meretakkan lehernya.
"Saya baru saja bergerak, dan itu (bunyi krek) terjadi," katanya kepada situs berita Inggris Unilad.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar