GridHEALTH.id – Dalam kurun waktu dua minggu, kita akan menyambut datangnya bulan Ramadan. Pada bulan ini, umat muslim bakal menjalankan ibadah puasa satu bulan penuh.
Baca Juga : Aturan Minum di Saat Puasa Agar Tak Dehidrasi
Telah lama diketahui bahwa puasa sangat bermanfaat untuk tubuh. Pada orang dengan penyakit tertentu pun, ternyata juga bermanfaat. Contohnya pada orang dengan kasus diabetes.
Tapi bagaimana dengan para penderita penyakit jantung yang ingin berpuasa?
Puasa Ramadan aman untuk dilakukan bagi orang dengan penyakit jantung, asalkan penyakit yang dideritanya terkontrol dan tidak dalam kondisi akut.
Plus pada saat berbuka, makan secukupnya saja dan tidak lantas “balas dendam” agar tetap meringankan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Untuk diketahui, fakor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah, faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok.
Baca Juga : Steve Emmanuel Terancam Hukuman Mati Karena Kasus Narkoba, Ini Kondisi Psikologis yang Umum Dialami Terdakwa
Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan, dan aktivitas fisik.
Penelitian menunjukkan bahwa puasa di bulan Ramadan dapat mempengaruhi berbagai faktor risiko di atas.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohsen Nematy (2012) menyimpulkan bahwa terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan ramada.
Contohnya, kadar kolesterol darah menurun dari 193,4±51 mg/dl menjadi 184,3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida yang menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan lemak jahat, yaitu LDL.
Baca Juga : Hendak Berobat ke Luar Negeri, Ini 5 Hal Penting yang Harus Dibawa
Selain, itu didapatkan pula peningkatan dari lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan.
Pada orang dengan tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal. Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dan dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, hingga gagal jantung.
Selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa, yaitu penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat penurunan berarti.
Satu hal lagi, selama puasa, organ tubuh termasuk pencernaan akan beristirahat. Puasa dilakukan untuk mengurangi asupan cairan sehingga tidak membuat jantung semakin membengkak. Jantung yang membengkak akan menyebabkan sesak napas dan melemahnya pompa darah.
Baca Juga : Iri Pada Teman yang Jarang Sakit? Contek Gaya Hidup Sehatnya Seperti Ini
Namun bukan berarti pasien tidak memerlukan cairan sama sekali. Pasien penyakit jantung disarankan meminum air putih dengan jumlah maksimal 1,5 liter.
Khusus penderita gagal jantung, pasien diharapkan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Umumnya, obat terapi gagal jantung hanya diberikan sebanyak satu kali dalam sehari.
Baca Juga : Petugas Pemilu Banyak yang Meninggal Karena Serangan Jantung, Ini Pertolongan Pertama Saat Serangan
"Kalau sifat obatnya menurunkan denyut, lebih baik diberikan di pagi hari. Tapi obat yang sifatnya mengeluarkan cairan lebih baik di sore hari karena kalau pagi, pasien akan makin dehidrasi karena sepanjang puasa dia tidak ada intake cairan," kata Yoga Yuniadi, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan di Jakarta, mengutip dari merdeka.com.(*)
Source | : | merdeka.com,WebMD,Halodoc.com,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar