GridHEALTH.id - Pengemudi mobil BMW yang bertindak arogan dan mengacungkan senjata api bak koboi ternyata positif konsumsi narkoba.
Pelaku bernama Andi Wibowo (53), diringkus jajaran Polres Metro Jakarta Pusat di kawasan Pecenongan, Jakarta Pusat, Sabtu (15/6/2019) dini hari.
Wakil Kapolres Jakarta Pusat AKBP Arie Ardian mengatakan hal ini diketahui dari hasil tes urin.
"Iya, dari hasil urine dia positif narkoba. (Gunakan) amphetamin," ucap Arie kepada Kompas.com di Polres Jakarta Pusat, Sabtu (15/6/2019).
Arie menyebut, pelaku menggunakan narkoba untuk penenang.
"Iya (untuk penenang). Kan narkoba saja," kata dia.
Diketahui sebelumnya, pengemudi BMW ini bertingkah arogan saat terjebak kemacetan di Jalan Alaydrus, Gambir, Jakarta Pusat.
Pelaku merasa diadang oleh mobil Panther yang melaju berlawanan arah. Karena merasa dihalangi pelaku keluar dari mobil dengan mengacungkan senjata api.
"Kejadiannya tersangka mengendarai kendaraan, berpapasan dengan kendaraan panther. Tersangka merasa itu satu arah setelah kita cek jalan dua arah dan tersangka karena merasa yakin satu arah, turun bawa senjata," kata Arie.
Saat kejadian pengemudi panther juga sempat ditodongkan senjata oleh pelaku ini.
Karena takut, akhirnya korban memundurkan kendaraanya dan memberikan jalan kepada pengemudi BMW tersebut.
Dokter kesehatan jiwa, dr. Andri, SpKJ, FAPM menjelaskan, zat golongan amfetamin atau metamfetamin seperti sabu-sabu dan ekstasi dapat menyebabkan lonjakan hormon serotonin dan dopamin berkali-kali lipat dari biasanya.
"Hal ini yang membuat pengguna stimulan merasakan rasa nyaman dan gembira luar biasa," jelas Andri.
Orang yang konsumsi sabu akan merasa lebih percaya diri. Namun, efek menyenangkan itu hanya terjadi sesaat.
Efek tersebut persis seperti yang dialami Andi ini, dimana ia sangat percaya diri saat menenteng senjata api. Tapi menangis setelah diringkus oleh pihak kepolisian.
Baca Juga: Studi: Cuma Butuh Satu Orang Teman Untuk Atasi Stres dan Depresi
Namun dari semua itu, efek sebenarnya yang akan terjadi adalah kerusakan keseimbangan sistem di otak.
Mereka yang konsumsi sabu bisa menjadi lebih sulit mengelola stres.
Penggunaan sabu dalam jangka panjang bisa menimbulkan efek gangguan kecemasan di kemudian hari.
Efek tersebut bahkan muncul setelah sudah tak lagi konsumsi sabu.
Bahkan, dr .Andri beberapa kali mendapati pasien dengan gangguan kecemasan yang ternyata sebelumnya memiliki riwayat konsumsi sabu maupun ekstasi.
Gejala kecemasan bisa berupa jantung berdebar tiba-tiba, sesak napas, hingga perasaan melayang.
Hal itu terjadi karena sudah rusaknya keseimbangan sistem hormon serotonin dan dopamin di otak. Efek lain juga bisa muncul gejala psikotik, seperti ide-ide paranoid. Mereka bahkan jadi rentan depresi.
Melansir duniabebasnarkoba.org, efek dari penggunaan semua bentuk narkoba amfetamin atau metamfetamin akan menghasilkan perasaan kenyamanan dan energi yang semu.
Sehingga pemakai akan cenderung memaksakan dirinya untuk melakukan sesuatu dengan lebih cepat dan lebih jauh dari yang seharusnya.
Jadi para pemakai akan merasakan “crash” yang parah atau kehancuran secara fisik dan mental setelah efek obat ini memudar.
Karena penggunaan narkoba ini dalam waktu lama mengurangi rasa lapar alami, pengguna akan mengalami penurunan berat badan yang luar biasa.
Baca Juga: Gadaikan Istri Rp 250 Juta, Ternyata Suami Asal Lumajang Ini Gemar Berjudi
Efek-efek negatif lainnya pola tidur akan kacau, hiperaktif, rasa mual, delusi kekuasaan, lebih agresif dan sifat lekas marah.
Efek-efek lain yang juga mengkhawatirkan adalah insomnia, kebingungan, halusinasi, kecemasan, paranoia dan lebih agresif. Dalam beberapa kasus, mengalami konvulsi yang dapat berakibat kematian.
(*)
#gridnetworkjuara #gridhealth
Source | : | Kompas.com,duniabebasnarkoba.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar