GridHEALTH.id - Perjuangan para tenaga medis yang sedang melakukan pengabdian masyarakat sering kali dipandang sebelah mata.
Namun tahukah, demi mengabdi pada masyarakat agar mendapat kesehatan dan penghidupan yang layak ini, para tenaga medis rela berkorban hidup di pedalaman.
Baca Juga: Bayi Baru Lahir Meninggal Karena Dehidrasi, Sang Ibu Menyesal Karena Tak Memerhatikan ASI-nya
Seperti yang terjadi pada Mantri Patra, seorang tenaga medis yang sedang menjalankan tugan di daerah pedalaman Kebupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Sosok pria bernama Patra Marinna Jauhari itu, rupanya sangat dihormati warga pedalaman Kabupaten Teluk Wondama.
Baca Juga: Ratu Elizabeth Kecolongan! Istana Buckingham Perketat Keamanan Demi Nyawa Sang Ratu
Kisah getir pengabdian Mantri Patra di pedalaman Papua, membuat banyak pihak turut berduka atas kepergiannya.
Salah satunya adalah tokoh masyarakat Papua, Hendrik Mambor.
Melalui sebuah unggahan Facebooknya pada 21 Juni 2019, Hendrik Mambor turut berduka cita atas wafatnya Mantri Patra yang sangat dihormati warga Kabupaten Teluk Wondama.
Dalam unggahannya disertai foto Mantri Patra tersebut, Hendrik Mambor menuliskan:
Baca Juga: Ussy Sulistiawaty Rela Minum Jus yang Tidak Disukainya Ini Sampai Mual, Demi Bisa Awet Muda Selalu
#Dedikasimu patut dicontohi.
#Motivasikerjamu patut diteladani dan dihargai.
Mantri /Petugas Medis #PATRA KEVIN MANGOLO JAUHARI, mewakili Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Teluk Wondama dan seluruh Pejuang Pemekaran Kabupaten Teluk Wondama kami hanya bisa mengucapkan penghargaan atas dedikasimu dan jerih lelahmu bagi masyarakat secara khusus masyarakat di Pedalaman Udik Simo Kampung Oya Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat.
Sebuah kampung terpencil yg untuk menjangkaunya kampung/desa ini dari titik ujung jalan dengan akses kendaraan harus dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki 3-4 hari.
Meninggal karena kehabisan obat, faktor utama kesulitan transportasi.
Kami tak mampu membalas jasa baikmu.
Hanya iman dan percaya kami bahwa Tuhan yang akn membalasnya dgn anugerah kemuliaan sorgawi bagimu.
Turut berduka cita yang dalam atas terpanggilnya mantri Patra Kevin Mangolo Jauhari.
Keluarga diberi kekuatan dan ketabahan. Doa dan hormat,
Baca Juga: Zaskia Sungkar Sempat Alami Sakit Luar Biasa Saat Menstruasi, 6 Cara Ini Dapat Redakan Sakitnya
Berbekal panggilan hati untuk menyelamatkan mereka yang terpinggir dan terlupakan, Mantri Patra seolah tak berpikir dua kali ketika mendapat tugas di pedalaman Teluk Wondama.
Dikutip dari Antara, sudah empat 4 bulan lebih ia bergumul dengan masyarakat di Kampung Oya Distrik Naikere, Teluk Wondama.
Dia memilih setia dalam tugas di saat rekan kerjanya pulang dan tak kembali lagi.
Baca Juga: Jangan Sepelekan Difteri! 4 Buah Ini Dapat Sembuhkan Penyakit Menular Yang Mematikan Ini
Dalam kesendirian dia tetap melayani hingga akhirnya ajal menjemput.
Petugas medis dari Dinas Kesehatan Teluk Wondama ini berada di Kampung Oya sejak Februari 2019.
Ia adalah satu dari sekian tenaga kesehatan yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan di daerah pedalaman.
Pada awal Februari lalu, Mantri Patra bersama seorang rekannya diantar dengan helikopter ke Kampung Oya.
Mereka dijadwalkan bertugas selama tiga bulan dari Februari hingga Mei untuk kemudian dijemput kembali diganti petugas berikutnya.
Baca Juga: Berubah Total, Inilah Transformasi Bagian Tubuh Krisdayanti yang Habiskan Biaya Puluhan Juta Rupiah
Hingga akhir Mei 2019 belum juga ada helikopter yang datang menjemput.
Persediaan bahan makanan berupa beras, minyak goreng yang dibawanya pada tiga bulan lalu pun telah lama habis.
Terancam kelaparan di tengah pedalaman seperti Mantri Patra memang merupakan tantangan yang memtikan.
Melansir dari Scottish Eating Disorders Interest Group, kelaparan seperti yang dialami tenaga medis tersebut, dapat membawa dampak, seperti berikut:
- Perubahan sistem metabolisme dan endokrin.
- Masalah kardiovaskular.
- Gangguan fungsi ginjal dan hati.
- Masalah kulit.
- Perubahan otot.
- Anemia
- Lemah.
- Pembengkakakn kelenjar parotis.
- Kerusakan gigi.
- Perubahan suhu tubuh menjadi dingin.
- Perubahan tulang.
- Dehidrasi.
- Muntah.
Baca Juga: Waspada Hipotermia, Kawasan Dieng Alami Penurunan Suhu Yang Ekstrem Sampai 11 Derajat Celcius
Demikian pula stok obat-obatan, semuanya telah habis dipakai.
Namun, Patra yang tinggal seorang diri setelah temannya sesama perawat memutuskan turun ke kota Wasior dengan berjalan kaki, memilih tetap bertahan.
Dia terus memberi pelayanan medis dengan kondisi apa adanya.
Mengetahui kondisinya kian memburuk, seorang warga kampung Oya memutuskan berjalan kaki untuk memberitahukan kondisi sang mantri kepada kepala Puskesmas Naikere.
Meskipun demikian, tetap saja tidak ada helikopter yang datang untuk mengevakuasinya ke kota guna mendapat perawatan medis.
Pada 18 Juni 2019, Patra menghembuskan nafas terakhir di tempat tugasnya di Oya.
Baca Juga: Sakit Tak Tertahankan, Zaskia Sungkar Jalani Operasi Laparoskopi, Begini Penyebabnya
Dia meninggal dalam kesendirian, tanpa ada keluarga, teman maupun kerabat yang mendampingi Pahlawan Kemanusiaan itu.
Jenazah Patra baru dievakuasi pada 22 Juni 2019 menggunakan helikopter yang disewa Pemda dari Nabire atau empat hari setelah dia meninggal dunia.
Kematian Patra yang terbilang tragis menjadi keprihatinan banyak pihak.
Tomas Waropen, Kepala Puskesmas Naikere menyatakan nyawa Patra mungkin bisa tertolong jika pihak dinas kesehatan maupun instansi terkait lainnya cepat merespon laporannya terkait kondisi Patra dan meminta segera dikirim helikopter.
"Kami sudah rapat sampai tiga kali dengan Dinas Kesehatan, Kesra dan Pak Sekda tapi tetap tidak ada jalan. Sampai akhirya dia sudah meninggal baru helikopter bisa naik," ujar Waropen
Bagi Waropen, Patra adalah pahlawan kemanusiaan.
Baca Juga: Akui Lakukan Operasi Plastik Ribuan Dollar, Krisdayanti Ungkap Bagian Tubuhnya Dipermak Habis
Dia rela mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan masyarakat di pedalaman Naikere tanpa banyak mengeluh dan menuntut.
Tindakan mulia yang justru selalu dihindari banyak petugas medis lainnya.
"Patra adalah pahlawan bagi masyarakat di pedalaman Mairasi (nama suku di pedalaman Naikere). Sementara kita anak-anak negeri ini banyak yang jadi Judas (murid yang mengkhianati Yesus)," kata Tomas Waropen.
Selamat jalan Mantri Patra...(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth #gridnetworkjuara
Source | : | sedig.org |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar