GridHEALTH.id - Kentut adalah gas dalam saluran pencernaan yang dibuang dari tubuh melalui anus. Kentut umumnya bermula dari kelebihan gas pada saluran cerna bagian atas yang dapat diakibatkan banyak hal.
Baca Juga: Tak Usah Malu Lagi, Kini Ada Pil Kentut Bikin Bau Kentut Jadi Wangi Cokelat Hingga Mawar
Mulai dari menelan terlalu banyak udara, mengunyah permen karet, hingga terlalu banyak mengonsumsi beberapa jenis makanan tertentu. Selain sering kentut, kelebihan gas juga dapat disertai perut kembung dan bersendawa.
Secara umum, makanan yang tinggi serat, yang terbuat dari tepung, dan yang mengandung gula alami lebih berisiko menjadi penyebab sering kentut.
Namun pada penderita diabetes, karena mereka kerap mengalami perut kembung, maka mereka sering mengeluhkan kentut.
Banyak yang bilang, kalau perut kembung pada diabetes ini akibat penyakit itu sendiri. Ada juga yang percaya kalau obat diabetes yang jadi penyebab utamanya. Sebenarnya, apa sih yang membuat perut kembung pada diabetes?
Perut kembung sebenarnya adalah gejala yang wajar terjadi pada setiap orang, tak hanya pada orang dengan diabetes saja.
Kondisi ini dapat diakibatkan oleh berbagai hal. Namun, memang dalam kasus ini diabetes dapat memengaruhi cara kerja organ pencernaan.
Hal ini telah disebutkan dalam beberapa jurnal penelitian, bahwa diabetes dapat mengakibatkan gangguan pencernaan termasuk perut kembung.
Baca Juga: Alasan Kesehatan Mengapa Mengunyah Makanan Harus Dilakukan Dengan Baik
Lalu apa yang menyebabkan perut kembung pada diabetes? Berikut adalah alasan yang mungkin terjadi ketika perut kembung seperti yang dikutip dari Hello Sehat;
1. Mengalami gastroparesis
Gastroparesis adalah salah satu gangguan pencernaan yang dialami oleh orang dengan diabetes. Gangguan ini muncul akibat rusaknya salah satu saraf yang mengatur dan mengenali apakah perut kosong atau tidak.
Jadi, ketika ini terjadi pencernaan menjadi semakin lambat dan makanan akan lama disimpan di dalam tubuh dari pada biasanya.
Kondisi ini menyebabkan perut kembung pada diabetes. Pasalnya, makanan yang tak kunjung dicerna hanya akan membuat perut terasa penuh.
Bila mengalami hal ini, biasanya diiringi juga dengan beberapa gejala seperti mual, muntah, sensasi panas di ulu hati, dan penurunan nafsu makan.
2. Dampak dari obat diabetes
Sering kentut juga dapat disebabkan efek samping konsumsi obat tertentu seperti obat untuk menangani diabetes tipe 2 seperti acarbose, metformin atau pun obat yang mengandung laktulosa atau gula sorbitol.
Jenis obat-obatan di atas mempunyai efek samping dapat membuat perut kembung dan terasa penuh.
Bila yakin perut kembung yang dialami akibat obat yang dikonsumsi, maka sebaiknya konsultasikan hal ini dengan dokter.
Baca Juga: Nah Lo, Perokok Salah Satu Penyebab BPJS Kesehatan Defisit Anggaran
3. Menggunakan pemanis buatan terlalu banyak
Contohnya, pemanis buatan yang mengandung sorbitol. Di dalam tubuh, sorbitol tidak bisa dicerna oleh tubuh, jadi tidak akan menyebabkan melonjaknya gula darah.
Tetapi, hal ini malah berdampak pada sistem pencernaan dan menyebabkan perut penuh dengan gas.
4. Makan makanan yang mengandung banyak gas
Beberapa jenis makanan bisa menjadi penyebab utama mengapa perut terasa kembung dan penuh. Contoh makanan yang mengandung gas tinggi yaitu, kol, brokoli, kembang kol, kentang, ubi, dan singkong.
Baca Juga: Fakta, Mengunyah Makanan Lebih Lama Bisa Kecilkan Lingkar Pinggang
Selain itu, makanan yang mengandung lemak juga cenderung akan membuat perut tidak nyaman. Apalagi bila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Karena itu, hindari konsumsi makanan berlemak tinggi seperti gajih, kulit ayam, dan jeroan.
Sebenarnya selain alasan-alasan yang telah disebutkan sebelumnya, cara kita makan dan minum bisa saja mengakibatkan gas terlalu banyak masuk ke dalam mulut.
Misalnya saja minum air dengan menggunakan sedotan, terlalu banyak makan, atau terlalu cepat mengonsumsi makanan. Hal-hal kecil seperti ini dapat menyebabkan gas menumpuk di perut.
Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil secara teratur lebih baik daripada makan sesekali tapi dalam jumlah besar.
Meski umumnya kentut tidak berbahaya, tetapi jika frekuensi kentut sudah dirasa berlebihan, periksakan diri ke dokter untuk mengontrol kelebihan gas. Apalagi jika kentut disertai gejala lain yang dirasa mengkhawatirkan seperti diare, konstipasi, darah pada tinja, mual, serta muntah. (*)
Source | : | WebMD,Hello Sehat,wellnessmama.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar