GridHEALTH.id - Mungkin banyak diantara kita yang belum mengetahui bahwa setiap pengobatan kanker bukan hanya melalui kemoterapi saja.
Beberapa waktu lalu, telah dikembangnkan sebuah terapi baru untuk menyembuhkan para penyintas kanker yang rupanya semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Obat Kanker Usus Tak Lagi Ditanggung BPJS, Ini Penjelasannya
Bahkan menurut WHO, pada tahun 2030 diprediksi para penyintas kanker akan bertambah banyak hingga mencapai lebih dari 13 ribu jiwa di dunia.
Kanker juga merupakan salah satu penyakit katastropik atau yang menyebabkan kemiskinan atau kebagkrutan akibat biaya perawatan yang mahal.
Adanya perawatan baru yang mungkin memiliki efek samping cukup ringan, yang dikenal dengan terapi target.
Associate Professor for Gynecologic Oncology di Universitas Medical Center Hamburg-Eppendorf, Jerman, Sven Mahner mengungkapkan, terapi target merupakan pengobatan yang langsung tertuju pada sel kanker.
Menurut dokter ahli bedah digestif, Dr. A. Hamid Rochanan, SpB-KBD, MKes, dari Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI), terapi target bekerja dengan menargetkan gen atau protein tertentu untuk membantu menghentikan kanker tumbuh menyebar.
Baca Juga: Beratnya Tas Ransel yang Dibawa Anak ke Sekolah Terbukti Tidak Mengakibatkan Nyeri Punggung
Gen dan protein tersebut ditemukan di sel kanker atau sel yang terkait dengan pertumbuhan kanker.
Baca Juga: Studi: Kalsium Non-Susu Ternyata Ampuh Turunkan Risiko Batu Ginjal
"Dokter menggunakan terapi target dengan kemoterapi dan perawatan lainnya pada jenis kanker yang sudah bermetasis (berkembang) menjadi stadium 4," ujar dr Hamid, saat ditemui GridHealth.id pada Senin (15/7/2019).
Menurutnya, terapi target ini tepat diberikan pada penyintas kanker pada grup 2 dan 3 atau setara dengan kanker stadium 3 dan stadium 4 yang memang membutuhkan kemoterapi doblet dan tergolong pada risiko tinggi.
FDA telah menyetujui terapi target untuk pengobatan beberapa pasien dengan jenis kanker, seperti kanker kandung kemih, kanker otak, kanker payudara, kanker serviks, kanker kolokteral, kanker kepala dan leher, tumor sumsum tulang belakang, kanker ginjl, leukemia, kanker hati, kanker paru-paru, kanker kulit, dan berbagai jenis kanker lainnya.
Namun banyak perbedaan terapi target yang telah disetujui untuk digunakan dalam pengobatan kanker, termasuk terapi hormon, penghambat transduksi sinyal, modulator ekspresi gen, penginduksi apoptosis, inhibitor angiogenesis, imunoterapi, dan molekul penghantaran racun.
Baca Juga: Ajudan Iriana Jokowi Semampai dan Cantik, Usia 33 Tahun dan Belum Menikah, Andai Dia Tahu …..
Sayangnya, walau digadang-gadang memiliki efek samping yang lebih ringan, namun data dari National Cancer Intitute menyebutkan beberapa efek bagi pasien yang telah menjalani terapi target, diantaranya:
- Masalah kulit (ruam jerawat, kulit kering, perubahan kuku, depigmentasi rambut).
- Masalah dengan pembekuan darah dan penyembuhan luka.
- Tekanan darah tinggi.
- Perforasi gastrointestinal (bentuk penetrasi yang komplek dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut).
Baca Juga: Mendampingi Anak di Hari Pertama Sekolah, Ini Yang Harus Dilakukan Orangtua Agar Anak Tetap Mandiri
Beberapa terapi target yang disetujui untuk digunakan pada anak-anak dapat memiliki efek samping yang berbeda pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa, termasuk imunosupresi (penurunan sistem kekebalan tubuh) dan gangguan produksi sperma.
Source | : | Kompas.com,cancer.gov |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar