GridHEALTH.id - Keloid dapat disebabkan oleh berbagai luka, seperti luka bakar, luka bekas tindik, luka bekas operasi, luka tergores, dan luka cakar.
Baca Juga: Begini Cara Menghilangkan Fibroma dan Kutil di Kulit Tanpa Operasi
Normalnya pada saat kita mengalami luka, jaringan parut atau fibrosa akan terbentuk di atas kulit yang luka untuk melindungi dan memperbaikinya.
Namun pada keloid, jaringan tersebut justru terus tumbuh hingga menebal dan berukuran lebih besar daripada luka itu sendiri.
Keloid merupakan salah satu jenis bekas luka yang cukup mengganggu penampilan karena bentuknya yang tebal dengan warna yang kontras dengan kulit sekitarnya.
Para ahli meyakini jika keloid diturunkan secara genetik dalam keluarga. Ini artinya seseorang lebih berpotensi memiliki keloid saat terluka, jika orangtua mereka juga memiliki keloid.
Pada beberapa orang, keloid bahkan muncul pada luka kecil seperti jerawat pecah dan luka bekas suntik vaksinasi.
Jika memiliki faktor risiko keturunan, disarankan untuk tidak melakukan tindik, tattoo, atau melakukan prosedur operasi jika kondisinya tidak terlalu mendesak.
Namun keloid juga bisa muncul bukan akibat luka. Lantas, apa sebenarnya yang membuat keloid muncul bahkan tanpa luka sebelumnya?
1. Bethlem myopathy
Bethlem myopathy adalah penyakit genetik langka yang menyerang otot rangka dan jaringan ikat. Penyakit ini membuat otot dan persendian menjadi lemah sehingga pasien akhirnya akan membutuhkan alat bantu gerak.
Ciri utama Bethlem myopathy antara lain lemahnya otot lengan dan kaki bagian atas, kelebihan produksi keratin pada folikel rambut, serta pembentukan jaringan keloid.
Penderita juga memiliki otot lengan bawah yang terus berkontraksi dan tampak pendek.
Baca Juga: Musim Pancaroba Segera Datang, Siap-siap Imunisasi Influenza, Cukup Sekali Setahun!
2. Rubinstein-Taybi syndrome
Rubinstein-Taybi syndrome adalah penyakit genetik yang ditandai dengan postur tubuh pendek, gangguan kecerdasan, serta ibu jari yang lebar.
Penderitanya pun berisiko lebih tinggi terkena tumor, baik yang dapat berkembang menjadi kanker maupun tidak.
Keloid yang muncul tiba-tiba pada penderita Rubinstein-Taybi syndrome bisa jadi merupakan tumor.
Oleh sebab itu, orang yang memiliki keloid tanpa pernah mengalami luka disarankan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
3. Dubowitz syndrome
Seperti kedua penyakit sebelumnya, Dubowitz syndrome merupakan penyakit genetik yang amat langka.
Penyakit ini ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat, kepala berukuran kecil, gangguan mental tingkat ringan, dan masalah kulit.
Masalah kulit yang muncul umumnya berupa eksim. Namun, tidak tertutup kemungkinan untuk terbentuknya jaringan keloid secara tiba-tiba. Kondisi ini perlu diatasi dengan pengobatan rutin bersama dokter spesialis kulit.
Baca Juga: Ini Dia, 6 Cara Atasi Nyeri Lutut Dengan Mudah dan Murah
4. Penggunaan letrozol
Letrozol adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kanker payudara pada wanita yang telah melewati masa menopause. Pada penelitian tersebut, peserta yang mengonsumsi letrozol mengalami pembentukan keloid baru setelah dua bulan.
Saat diminta berhenti mengonsumsi letrozol, keloid baru tidak lagi terbentuk. Beberapa uji coba selanjutnya memberikan hasil serupa, tetapi belum dapat disimpulkan apakah letrozol menjadi satu-satunya penyebab keloid yang muncul tiba-tiba.
Pembentukan keloid sebenarnya merupakan hal normal yang dapat terjadi pada banyak orang. Keloid juga dapat bertambah besar secara perlahan dan hanya bisa dihilangkan dengan prosedur khusus. Meski demikian, kondisi ini tidaklah berbahaya.
Baca Juga: Hati-hati, Ini Dia Tiga Penyebab Tak Lancar Menyusui ASI
Kita justru perlu mewaspadai keloid yang muncul secara tiba-tiba. Segera periksakan kondisinya ke dokter untuk mengetahui penyebabnya.
Walaupun tidak menimbulkan bahaya langsung, jenis keloid ini dapat menandakan tumor pada kulit dan bisa berbahaya untuk jangka panjang.
Source | : | WebMD,Hello Sehat,Medical News Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar