GridHEALTH.id - Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia atau disingkat KPSI, menggelar sesi konseling bagi para penderita maupun keluarga penderita gangguan mental skizofrenia pada hari Sabtu, 27 Juli 2019.
Bertempat di Jalan Jatinegara Timur no.99, Kampung Melayu-Jakarta Timur, sesi konseling ini membahas topik tentang pengobatan skizofrenia.
Baca Juga: Fakta : Wawan Mengidap Penyakit Skizofrenia Bukan Kecanduan Game
Bagus Utomo selaku ketua KPSI, membagikan pengetahuan yang dimiliki tentang gangguan mental skizofrenia ini.
Bagus menjabarkan, skizofrenia terjadi karena adanya senyawa kimiawi dopamin yang berlebih dalam otak yang menyebabkan gangguan fungsi otak, seperti halusinasi, delusi, ataupun munculnya bisikan-bisikan dalam otak seseorang.
Bagus menjelaskan bahwa faktor penyebab munculnya skizofrenia, sangatlah kompleks.
“Bisa karena trauma, benturan di kepala, infeksi otak, bisa juga karena faktor lingkungan dan pola asuh orangtua yang membentuk karakternya menjadi rentan terhadap kerusakan jiwa. Apalagi kalau orangtuanya ada masalah kesehatan jiwa juga, semakin besar kemungkinan skizofrenia,”
Baca Juga: Tempelkan Bawang Pada Telapak Kaki Menjelang Tidur, Lihat Dampaknya Bagi Tubuh
Gejala-gejala awal gangguan mental skizofrenia ini, di antaranya adalah : sering berhalusinasi, sering berbicara sendiri, tidak percaya diri, merasa cemas, gangguan tidur, kemauan rawat diri yang rendah, hingga penarikan diri dari pergaulan.
Gejala-gejala awal yang timbul dari gangguan mental skizofrenia ini, sangat sulit untuk terdeteksi sendiri oleh penderitanya.
Hal itu karena, sebagian besar penderita skizofrenia tidak merasa dirinya sakit dan menganggap gejala yang muncul sebagai hal yang wajar.
Untuk itulah perhatian keluarga sangat dibutuhkan untuk mendetkesi adanya gangguan mental ini.
“Kalau orangtua merasa anaknya itu pendiam dan suka di rumah aja, harus cemas karena dia sudah mulai menarik diri dari pergaulan. Di fase ini sebenarnya anak sangat membutuhkan kemampuan untuk bersosialisasi,” tambah Bagus.
Jika gejala-gejala terdeteksi secara cepat dan diberikan penanganan yang tepat, maka skizofrenia ini bisa dicegah dengan hanya mengonsumsi obat selama 4 hingga 6 minggu.
Lain halnya jika gangguan mental ini telah meledak atau positif diidap seorang penderita, yang umumnya harus mengonsumsi obat-obatan seumur hidupnya agar sakitnya tak kambuh.
Curhat rupanya jadi salah satu cara mudah untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya gangguan mental skizofrenia ini.
Bagus menuturkan, perasaan dan pengalaman yang sama yang dialami oleh orang lain dapat membuat seseorang tak merasa menderita sendirian.
Dengan curhat, seseorang akan menumpahkan perasaanya dan tak jarang mendapatkan asupan semangat dari orang yang dipercaya mendengarkan keluh kesahnya.
Baca Juga: Lakukan 7 Hal Ini Setelah Berhubungan Intim, Rasakan Manfaatnya yang Bikin Ketagihan
Selain Bagus Utomo, konseling ini juga dihahadiri oleh narasumber Lilik Suwardi. Pria ini adalah orang dengan skizofrenia (ODS) yang telah pulih dan membagikan pengalamannya pada sesi konseling ini.
Suwardi membagikan pengetahuannya tentang apa saja yang dibutuhkan oleh penderita skizofrenia untuk bisa pulih.
Yaitu dengan mendapatkan perhatian dan perawatan dari : keluarga, teman, dokter atau psikiatri, perawat, psikolog, terapis, bahkan hingga pekerja sosial.
Baca Juga: Kerap Dipakai Lelucon, Ternyata Obat ini Untuk Mengobati Hepatitis B
Bantuan dari pekerja sosial itu sangatlah diperlukan, karena banyak penderita skizofrenia yang kerap kali berpergian sendiri dan sering tak mengingat jalan pulang.
Dengan bantuan dari petugas sosial, diharapkan penderita skizofrenia dapat pulang dan berkumpul lagi bersama keluarganya.
Suwardi juga memberikan informasi tentang jenis pengobatan apa saja yang bisa didapatkan oleh penderita gangguan mental skizofrenia, di antaranya :
Baca Juga: Mengonsumsi Jajanan Sempol Goreng, Anak Usia 8 Tahun di Jawa Timur Meninggal Dunia di Tempat
- Obat-obatan
Obat memiliki peranan utama untuk memulihkan penderita gangguan jiwa skizofrenia. Efek obat yang dapat menghilangkan gejala susah tidur, gelisah, merasa sedih, takut, mudah curiga, hingga bisikan-bisikan dalam kepala yang terjadi pada penderita skizofrenia.
Sebaliknya, tidak mengonsumsi obat akan memperparah kondisi penderita skizofrenia. Berhenti minum obat 1 sampai 10 hari saja, dapat meningkatkan 70% kemungkinan untuk kambuh pada penderita gangguan mental skizofrenia.
- Konseling
Sesi konseling dapat memberikan dukungan emosional yang tepat bagi penderita skizofrenia.
Konseling dapat membantu ODS untuk belajar menanggapi masalah yang disebabkan oleh masalah kehidupan, maupun masalah lainnya yang dialami penderita.
- Kelompok dukungan
Penderita skizofrenia sangat membutuhkan bantuan dan dukungan dari keluarga, kerabat, teman, dan masyarakat lainnya untuk bisa pulih.
Stigma buruk tentang skizofrenia, haruslah dibungkam agar penderita bisa hidup berdampingan dengan lingkungannya, layaknya orang normal.
- Program pemulihan
Sudah tentu program pemulihan dibutuhkan, karena dapat membantu penderita skizofrenia untuk perlahan-lahan pulih dan dapat kembali beraktivitas normal.
Baca Juga: Dua Tahun Setelah Kematiannya, Ibunda Dokter Ryan Thamrin Sebutkan Makanan Pemicu Penyakit Almarhum
- Psiko edukasi
Edukasi tentang gangguan jiwa ini tak hanya dibutuhkan oleh orang yang merawat penderita skizofrenia saja.
Namun, penderita itu sendiri juga harus memiliki edukasi tentang gangguan yang mereka derita ini agar mereka memiliki kemampuan tilik diri atau mampu mengenali keadaan diri sendiri dengan baik.
Stigma tentang gangguan jiwa skizofrenia dapat sembuh dengan hanya mengonsumsi obat dan keyakinan diri untuk sembuh, adalah salah.
Umumnya penderita skizofrenia akan bisa hidup normal dengan mengonsumsi obat seumur hidupnya agar gangguan mental ini tak kambuh.
Hal itu disebabkan karena gangguan mental skizofrenia ini tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan. (*)
Source | : | GridHealth.ID |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar