Angka ini menggambarkan ketidakseimbangan antara jumlah dokter jantung dengan kasus yang harus ditangani, yang jika di angkakan maka perbandingan ini mencapai 1:250.000.
Baca Juga: Terbukti, Jalan sehat Cara Jitu dan Mudah Cegah Penyakit Ginjal
Selain tenaga kesehatan, kecenderungan kurang lengkapnya alat yang ada di daerah menyebabkan rujukan penyakit-penyakit ini ditujukan ke ibukota Jakarta. Padahal, terdapat penanganan yang bisa dilakukan di daerah asal.
“Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan, perlu diciptakan sistem rujukan yang efektif sehingga penanganannya dapat dilakukan merata, tidak hanya berfokus pada daerah Jakarta,” tutur dr. Asik dalam siaran pers Philips seperti dikutip dari Kompas Health.
Sementara itu, angka tenaga kesehatan ahli yang mampu melakukan penanganan PJB pada bayi dan anak sendiri angkanya bahkan jauh di bawah itu. Saat ini jumlah dokter yang dapat menangani penyakit jantung anak hanya mencapai 50-60 orang.
Jumlah ini dianggap kurang memadai, mengingat diprediksi sekitar 50.000 bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) setiap tahunnya.
Baca Juga: Wanita Tidur Mendengkur, Selain Bikin Suami Protes Ternyata Juga Ada Bahayanya
Selain kurangnya jumlah tenaga ahli, hanya sedikit rumah sakit yang memiliki teknologi pendukung untuk melakukan intervensi PJB pada bayi dan anak.
Alat dan bahan medis yang dibutuhkan masih berasal dari luar negeri, sehingga berkontribusi ke mahalnya tarif penanganan. (*)
Source | : | American Academy of Pediatrics,American College of Cardiology,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar