GridHEALTH.id – Deterjen adalah pembersih paling esensial yang digunakan untuk membersihkan pakaian.
Mencuci tanpa deterjen sudah tentu tak membuat pakaian bersih dan wangi.
Baca Juga: Jangan Gunakan Sabun Untuk Mencuci Buah, Tapi Gunakan Cairan Alami Ini
Namun, banyak pula orang yang tak cocok menggunakan deterjen. Bukan karena tak bisa membuat pakaian bersih, melainkan timbulnya iritasi pada kulit usai menyentuh deterjen pada orang dengan kulit sensitif.
Deterjen mengandung enzim kationik yang berguna untuk membasmi noda pada pakaian.
Namun ternyata, zat kationik adalah zat beracun yang jika tak sengaja tertelan dapat menyebabkan seseorang merasa mual, muntah, syok, kejang-kejang, bahkan koma.
Adapula deterjen yang mengandung enzim "non-ionik" yang lebih sedikit jumlah racunnya, daripada deterjen kationik. Meski demikian, zat "non-ionik" dapat membuat kulit iritasi dan membuat mata cenderung lebih sensitif atau terasa perih.
Pewangi yang biasa terkandung dalam deterjen pun, ternyata dapat menyebabkan efek negatif bagi kesehatan, seperti : iritasi pada kulit dan saluran pernapasan, sakit kepala, bersin, mata berair, alergi, serta asma.
The National Institute of Occupational Safety and Health, telah menemukan bahwa sepertiga zat yang digunakan pada pewangi adalah racun. Tetapi karena formula kimia pewangi dianggap sebagai rahasia dagang, perusahaan tidak diharuskan untuk membuat daftar bahan-bahannya dan hanya melabelinya dengan "wewangian".
Deterjen juga bertanggung jawab atas banyaknya kasus keracunan dalam rumah, karena hal yang tak disengaja. Biasanya ketidaksengajaan tersebut banyak dilakukan oleh anak-anak.
Deterjen memiliki banyak jenis, pun juga banyak masalah kesehatan yang ditimbulkannya. Bahkan, efek jangka panjang dari penggunaan deterjen bisa menyebabkan kanker.
Tak hanya menimbulkan berbagai masalah kesehatan, ternyata deterjen juga berpotemsi merusak lingkungan.
Baca Juga: Tidak Ada Nyamuk Tapi Kulit Gatal Saat Tidur, Tanda Tungau Ada di Kasur
Air berbusa yang dihasilkan dari deterjen, akan menghilang ke saluran pembuangan air dan akan mencemari lingkungan melalui aliran dan proses infiltrasi.
Air bekas mencuci ini akan menimbulkan berbagai masalah pencemaran yang juga dapat merusak ekosistem dalam air, seperti: mencemari kualitas air tanah dengan bahan kimia, pertumbuhan ganggang atau tumbuhan air belebihan yang merusak ekosistem dalam air, hingga menipisnya oksigen dalam air yang akhirnya membunuh ikan dan organisme lainnya.
Setelah mengetahui berbagai dampak negatif yang dihasilkan oleh deterjen, penting untuk meminimaslir jumlah deterjen yang digunakan.
Baca Juga: Chef Arnold Pamer Jamur Mahal, Ternyata Manfaat Kesehatannya yang Membuat Harganya Fantastis
Melansir laman Organic Consumers Association, langkah yang dapat dilakukan untuk mengganti deterjen untuk membersihkan noda adalah dengan menggunakan bahan sederhana seperti : sabun, air, soda kue, cuka, air lemon, dan boraks untuk membersihkan noda pada pakaian ataupun peralatan rumah tangga lainnya.
Baca Juga: Sempat Gerogoti Tubuh Ani Yudhoyono, Penyakit Ini Juga Dialami Ibunda SBY
Namun jika masih belum bisa secara total tak menggunakan deterjen, gunakanlah deterjen sesedikit mungkin ketika mencuci pakaian.
Selain itu, selalu gunakan sarung tangan karet untuk melindungi kulit dari iritasi dan pastikan sirkulasi udara yang baik dalam ruangan dengan membuka jendela ataupun menyalakan kipas angin ketika mencuci.
Dan yang terpenting, jangan pernah mencampur 2 jenis pembersih, terutama yang mengandung amonia dan klorin atau pemutih, karena dapat menghasilkan gas beracun yang dapat menyebabkan masalah serius pada saluran pernapasan.(*)
Source | : | Cleveland Clinic,Organic Consumers Association,FPS Public Health |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar