GridHEALTH.id – Mata merah adalah salah satu dari berbagai jenis iritasi mata.
Mata merah atau disebut dengan konjungtivis, adalah peradangan pada selaput konjungtivitis atau selaput transparan pelindung bagian putih mata, melapisi mata dan akhirnya menutupi bagian putih mata.
Baca Juga: Lakukan 4 Langkah Mudah Merawat Mata Saat Musim Kemarau Ini!
Iritasi mata yang sering disebut dengan ’sakit mata’ di Indonesia dan sering terjadi saat musim kemarau ini, disebabkan oleh debu atau virus yang menyebabkan peradangan pada konjungtivis mata, yang akhirnya akan membuat sistem kekebalan tubuh bereaksi.
Reaksi dari sistem kekebalan atau imun tubuh inilah, yang membuat antibodi melepaskan zat histamun dan senyawa lainnya sehingga menyebabkan mata merah.
Selain debu, hal yang bisa menyebabkan mata merah ini adalah : penggunaan lensa kontak yang kurang bersih, residu dari produk kosmetik, alergi mata, virus dan bakteri.
Gejala-gejala yang umumnya dirasakan saat seseorang mengalami mata merah atau sakit mata, yaitu :
-Satu atau kedua mata berwarna merah
-Mata terasa gatal
Baca Juga: Anak Hobi Berenang, Hati-hati Kandungan Urine di Kolam Renang Bisa Bikin Iritasi Mata
-Munculnya cairan pada mata yang lama-kelamaan membentuk kerak atau ’belek’
-Mata terus menerus berair’
-Perasaan adanya pasir atau kotoran lainnya pada mata
Iritasi mata merah ini pasti membuat penderitanya kesulitan beraktivitas, karena merasa gatal yang tak tertahankan pada mata.
Selain itu, penderitanya juga kerap kali dijauhi oleh orang-orang sekitar sebab khawatir virusnya akan menular.
Baca Juga: Ini Jawabannya, Mengapa Kelebihan Karbohidrat Bisa Bikin Cepat Gemuk
Ini tentu saja menjadikan penderitanya malu, bahkan akan memilih untuk berdiam diri dalam rumah sampai iritasi mata merah ini sembuh.
Selama berdiam di rumah, ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan iritasi mata merah ini sendiri, seperti misalnya :
Baca Juga: Udara Musim Kemarau Bikin Iritasi Mata, Tapi Obat-obatan Ini Bisa Jadi Penyebab Juga
1. Mengompres mata
Gunakan kain dengan permukaan lembut dan kemudian rendam dalam air dingin, atau bisa juga menggunakan air hangat.
Peras air dan tekan perlahan pada kelopak mata yang tertutup. Jangan menekan mata terlalu keras, karena malah akan menambah parah kondisi mata.
Ulangi mengompres mata ini selama beberapa menit, setiap harinya dan jauhkan kain bekas kompres dari orang lain agar tidak menulari orang lain.
Lihat postingan ini di Instagram
Baca Juga: Dari Mata Lelah Hingga Penglihatan Kabur, Ini Risiko Iritasi Mata Bagi Anak yang Sering Main Gadget
2. Menggunakan obat tetes mata
Mata yang terasa gatal bisa diredakan dengan obat tets mata yang banyak di jual di apotek. Tips yang bisa digunakan saat memilih obat tetes mata, yaitu :
- carilah obat tetes mata yang mencantunkan kata ’pelumas’ atau ’air mata buatan’.
- hindari obat tetes mata yang mengklaim untuk ’mengobati mata merah’, sebab ini malah bisa menutupi garis-garis merah yang ada pada mata.
- jika mata merah disebabkan oleh alergi, dinginkan dulu obat tetes mata di kulkas untuk menyegarkan dan menyembuhkan mata.
3. Jangan gunakan lensa kontak
Jika sedang mengalami iritasi mata merah, hindari pemakaian lensa kontak untuk sementara waktu sampai iritasi mata sembuh.
Selain itu, rawat dan bersihkanlah secara rutin lensa konak dengan disinfektan khusus. Ini berguna untuk membersihkan bakteri atau virus yang dapat menyebabkan iritasi mata.
4. Jagalah kebersihan
Iritasi mata merah ini disebabkan oleh debu, virus ataupun bakteri, sehingga untuk mencegah atau mengobatinya, haruslah rajin menjaga kebersihan.
Hal yang dapat dilakukan adalah dengan sering mengganti dan mencuci sarung bantal dan pakaian.
Selain itu, mandi sebelum tidur juga dapat membantu penyembuhan iritasi mata merah ini.
Jika iritasi mata merah telah berlangsung selama lebih dari 10 hari, meskipun telah melakukan berbagai cara di atas, segera ke dokter.
Apalagi bila disertai dengan demam, mata terasa sakit, penglihatan mulai kabur, segeralah temui dokter.
Sebab, ini bisa jadi tanda peradangan mata yang mungkin lebih serius dan membutuhkan penanganan ahli.
Source | : | Mayo Clinic,web md |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar