GridHEATH.id – Karies gigi adalah masalah utama kerusakan gigi dan mulut di Indonesia.
Melansir laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kondisi yang menyebabkan gigi berlubang ini, sekitar 60 hingga 90% terjadi pada anak-anak usia sekolah.
Hal itu diakibatkan oleh kebiasaan anak-anak yang banyak mengonsumsi karbohidrat yang mengandung gula dan pati, seperti: roti, sereal, susu, soda, buah-buahan, kue, ataupun permen.
Sisa makanan tersebut akan menempel di gigi dan menyebabkan tumbuhnya bakteri, sehingga akhirnya menyebabkan gigi anak-anak berlubang.
Tanda-tanda gigi berlubang pada anak yang harus diwaspadai, yaitu: rasa sakit atau nyeri gigi tiba-tiba, anak merasakan nyeri saat mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, panas, atau dingin, serta rasa nyer yang terasa saat menggigit.
Selain itu, tanda lainnya yang harus diwaspadai orangtua adalah ketika gigi anak terlihat berlubang dan adanya noda kuning kecokelatan atau hitam pada gigi.
Sebab, noda yang muncul pada gigi ini adalah tanda munculnya karies gigi, yang jika bertambah parah akan membuat noda dan lubang karies semakin besar, sehingga memperparah rasa sakit pada gigi.
Baca Juga: Inilah Cara Mencegah Cedera Pada Anak Saat Berolahraga, Cegah Obesitas
Untuk mencegah gigi berlubang pada anak ini, orangtua harus memeriksakan gigi dan anak setiap 6 bulan sekali.
Kesadaran pemeriksaan gigi masih sangat rendah dan dianggap sepele, bahkan tak jarang orangtua baru akan membawa anaknya ke dokter ketika kerusakan gigi bertambah parah dan menyebabkan gusi bengkak.
Dalam artikel yang dipublikasikan Kemenkes.go.id, dengan judul Sikat Gigi dengan Teknik dan Waktu yang Tepat Hindarkan Karies, disebutkan jika tak ditangani dengan baik, penyakit gigi ini bisa menyebabkan anak merasakan nyeri gigi, kerontokan gigi, kanker rongga mulut, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Tak hanya itu, anak yang mengalami rasa sakit pada gigi biasanya akan rewel dan bisa menyebabkan aktivitas anak terganggu.
Untuk itulah, orangtua tak boleh menyepelekan masalah gigi berlubang dan mulai memeriksakan gigi anak saat gigi masih dalam keadaan bagus, setiap 6 bulan sekali agar tak terjadi infeksi dan penyakit lainnya pada gigi.
Adapun pentingnya memeriksakan gigi anak minimal setiap 6 bulan sekali, yaitu:
1.Cek gigi secara rutin memungkinkan pendeteksian masalah gigi dan gusi dalam tahap awal.
Artinya, jika terindikasi munculnya lubang kecil pada gigi, dokter gigi bisa segera melakukan penambalan agar gigi tidak sampai keropos.
Selain itu, penanganan dini justru akan menghemat biaya pengobatan dibandingkan pada saat kondisi gigi sudah parah
2. Pemeriksaan rutin ke dokter gigi juga berfungsi sebagai deteksi dini untuk mengamati kemungkinan munculnya penyakit serius lain pada rongga mulut, termasuk kanker.
Jika terdeteksi, dokter gigi bisa memberikan saran pada pasien untuk menemui dokter spesialis lain jika diperlukan pemeriksaan lanjutan.
3. Melatih anak untuk tidak trauma dengan penanganan masalah gigi.
Saat ini teknologi dalam kedokteran gigi berkembang pesat.
Sehingga, efek trauma atau ketakutan yang dialami anak sangat bisa dikurangi.
Dengan alat-alat kedokteran yang kian modern, membuat kita tak lagi merasakan rasa sakit berlebihan, terutama saat dokte melakukan penanganan pada akar gigi ataupun perawatan gigi secara keseluruhan.
Selain melakukan kontrol atau pemeriksaan gigi setiap 6 bulan sekali, jangan lupa untuk mengajari anak pentingnya menyikat gigi.
Ajari anak untuk menyikat gigi minimal 2 kali sehari, setelah makan pagi dan sebelum tidur, untuk mencegah gigi anak berlubang.(*)
Source | : | WebMD,Mayo Clinic,Kementerian Kesehatan Republik Indonesia |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar