GridHEALTH.id – Kualitas di Pekanbaru Riau, kian memburuk akibat dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sejak Selasa (10/9/2019).
Melansir laman Kompas.com, AirVisual menyatakan bahwa kondisi udara di Pekanbaru Riau masih dalam kondisi tidak sehat atau unhealthy.
Ini menyebabkan berkurangnya jarak pandang dan menyebabkan masyarakat menderita berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.
Baca Juga: Polusi Udara Tak Hanya Ganggu Kesehatan Tapi Sebabkan 'Bad Mood'
Data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru menyebutkan, dari tanggal 1 hingga 12 September 2019, jumlah masyarakat yang menderita ISPA di Pekanbaru telah mencapai 1.520 orang.
Jumlah ini meningkat secara signifikan setelah adanya dampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan.
Tak hanya menyebabkan ISPA, kabut asap atau polusi ini juga ternyata bisa meningkatkan risiko penyakit mental bagi orang yang menghirupnya.
Melansir laman The Telegraph, para peneliti telah membuktikan bahwa hidup di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi, dapat meningkatkan risiko depresi berat.
Para peneliti dari University of Chicago, menemukan bahwa masyarakat Amerika yang tinggal di daerah dengan udara tercemar, meningkatkan 27% risiko terkena gangguan bipolar dan 6% terkena depresi berat.
Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa orang yang terpapar emisi atau polusi berat sebelum berusia 10 tahun, memiliki risiko 50% lebih mungkin menderita depresi berat, skizofrenia, dan gangguan kepribadian ketika dewasa.
Penulis penelitian sekaligus ahli biologi, Dr Atik Khan, mengatakan:
Baca Juga: Penelitian Membuktikan Bahwa Polusi Udara Bisa Sebabkan Depresi Bagi Orang yang Menghirupnya
"Studi kami di Amerika Serikat dan Denmark menunjukkan bahwa tinggal di daerah yang tercemar, terutama di awal kehidupan, terprediksi menderita gangguan mental. Penyakit neurologis dan kejiwaan ini, sangat mahal baik dari segi keuangan dan sosial dan tampaknya terkait dengan kualitas udara," ucapnya.
Selain penelitian tersebut, adapula penelitian lainnya yang menguji dampak polusi pada tikus laboratorium, yang menunjukkan bahwa polusi dapat mengenai otak melalui hidung dan paru-paru.
Hal inilah yang membuktikan hubungan antara polusi udara dan gangguan kejiwaan, yang menyebabkan meningkatnya risiko gangguan kognitif dan depresi bagi orang yang menghirupnya.
“Kami berhipotesis bahwa polutan dapat mempengaruhi otak kita melalui jalur neuroinflamasi yang juga terbukti menyebabkan tanda-tanda mirip depresi dalam penelitian pada hewan,” kata Dr. Andrey Rzhetsky, yang memimpin penelitian ini.
Adapun Dr Daniel Maughan dari Associate Registrar for Sustainability di Royal College of Psychiatrists, yang menyatakan bahwa penelitian ini telah menguatkan penelitian terdahulu dan menunjukkan adanya hubungan antara paparan polusi udara terhadap meningkatnya risiko beberapa penyakit mental, seperti : skizofrenia, bipolar, depresi dan gangguan kepribadian.
Untuk itulah kita harus mulai dan mengurangi hal-hal yang bisa menyebabkan polusi udara.
Selain itu, untuk menghindari risiko dari paparan polusi udara ini, kita bisa menggunakan masker saat berpergian ke luar rumah.
Source | : | Kompas.com,The Telegraph |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar