Selain penelitian tersebut, adapula penelitian lainnya yang menguji dampak polusi pada tikus laboratorium, yang menunjukkan bahwa polusi dapat mengenai otak melalui hidung dan paru-paru.
Hal inilah yang membuktikan hubungan antara polusi udara dan gangguan kejiwaan, yang menyebabkan meningkatnya risiko gangguan kognitif dan depresi bagi orang yang menghirupnya.
“Kami berhipotesis bahwa polutan dapat mempengaruhi otak kita melalui jalur neuroinflamasi yang juga terbukti menyebabkan tanda-tanda mirip depresi dalam penelitian pada hewan,” kata Dr. Andrey Rzhetsky, yang memimpin penelitian ini.
Adapun Dr Daniel Maughan dari Associate Registrar for Sustainability di Royal College of Psychiatrists, yang menyatakan bahwa penelitian ini telah menguatkan penelitian terdahulu dan menunjukkan adanya hubungan antara paparan polusi udara terhadap meningkatnya risiko beberapa penyakit mental, seperti : skizofrenia, bipolar, depresi dan gangguan kepribadian.
Untuk itulah kita harus mulai dan mengurangi hal-hal yang bisa menyebabkan polusi udara.
Selain itu, untuk menghindari risiko dari paparan polusi udara ini, kita bisa menggunakan masker saat berpergian ke luar rumah.
Source | : | Kompas.com,The Telegraph |
Penulis | : | Arshinta Eka Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar