GridHEALTH.id - Sebuah hal yang mulia jika seseorang dengan sukarela mendonorkan sebagian dari apa yang ada dalam dirinya.
Tapi sayang seribu sayang, niat mulia untuk menolong orang lain ini berujung nahas.
Seorang mahasiswa jurusan kedokteran bernama Zheng asal Wuhan, Tiongkok, mengikuti sebuah program di universitasnya.
Program tersebut berupa bank sperma.
Zheng secara sukarela mengambil bagian dalam program tersebut.
Zheng lantas melakukan pemeriksaan kesehatan.
Setelah dinyatakan sehat, Zheng menyumbangkan spermanya 4 kali dalam rentang waktu 11 hari.
Namun, staf di pusat donasi sperma menyadari bahwa Zheng tidak keluar dari kamar pribadinya lebih dari 2 jam.
Mereka lantas masuk ke dalam kamar Zheng.
Yang membuat kaget, dokter menemukan Zheng sudah tak sadarkan diri di kasur.
Donor sperma kini kian marak diminati beberapa orang di dunia, ada yang bertujuan ingin memiliki anak, ada pula yang sekedar ingin menyumbangkannya kepada yang membutuhkan.
Kejadian ini memang tergolong langka, namun dari laman Mayo Clinic, kematian setelah donor sperma bisa diakibatkan akibat adanya gangguan jantung (serangan jantung atau gagal jantung), bahkan dehidrasi akuta selama proses pengeluaran sperma.
Sedangkan menurut American Society for Reproductive Medicine, donor sperma membutuhkan beberapa tes yang cukup berat sebelum melakukannya, seperti:
Baca Juga: Warga Satu Pemukiman di Bali Idap Lumpuh Otak, Ini Penyebab Dibalik Penyakit Mengerikan Itu
- Tes sperma
- Tes golongan darah
- HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C (setiap 3 bulan)
- Penapisan genetik: riwayat keluarga genetik, penapisan kromosom
- Penunjukan tahunan dengan Terapi (pemeriksaan kesehatan umum)
- Penunjukan tahunan dengan psikiater
- Konsultasi dengan androlog termasuk tes untuk infeksi genital (Chlamydia, Herpes, dan lainnya setiap 6 bulan).
Dalam proses donor sperma, sampel sakan dibekukan dan disimpan 6 bulan, setelah itu donor mengulangi tes darahnya untuk HIV, Hepatitis B dan C.
Jika hasilnya tidak menunjukkan infeksi, sperma dapat digunakan untuk pasien.
Hanya penggunaan sperma beku yang membantu menghindari penularan infeksi serius seperti HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C.
Memilih donor sperma harus mempertimbangkan usia, ras, tinggi badan, kulit, mata dan warna rambut, golongan darah dan rhesus, serta perhatian khusus dari pasangan.
Namun pada kejadian yang menimpa mahasiswa ini, akhirnya keluarga Zheng pun menuntut kompensasi sebanyak empat juta yuan karena kejadian ini.
Keluarga korban percaya bahwa program tersebut bertanggung jawab untuk atas kematian Zheng.
Akhirnya pengadilan memutuskan bahwa pihak universitas memberi santunan keluarga sebanyak 190.000 yuan (Rp 391 juta).
Sebaiknya, jika ingin bergabung dengan bank sperma atau donor sperma, lebih baik perhatikan kondisi kesehatan dan ikuti pemeriksaan kesehatan terlebih darhulu. (*)
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | GridHEALTH |
Komentar