Dimana mereka menggunakan skala psikologis untuk mengukur dan mengevaluasi optimisme para peserta.
Hasilnya, para peserta yang menggambarkan dirinya sebagai seorang optimis 35% lebih sedikit mengalamai stroke daripada mereka yang tidak optimis dalam periode waktu tersebut.
Mereka juga memiliki kemungkinan 14% lebih kecil untuk mengalami kematian dini karena sebab apa pun, termasuk serangan jantung, kanker, dimensia, dan diabetes.
Menurut para peneliti menjadi seorang yang optimis dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk mengikuti gaya hidup sehat dengan olahraga secara teratur, makan makanan yang seimbang dan tidak merokok.
Sehingga selain diet sehat dan olahraga teratur, para tenaga medis juga harus mendorong pasien mereka untuk selalu berfikir positif.
Hal tersebut dinilai dapat bantu mencegah risiko munculnya serangan jantung yang mendadak.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar