GridHEALTH.id - Skizofrenia merupakan gangguan mental kronis yang mempengaruhi cara seseorang untuk berpikir, merasa, dan berperilaku.
Baca Juga: Susah Disembuhkan, Buruknya Pola Asuh Bisa Sebabkan Anak Derita Skizofrenia
Penderita skizofrenia akan kesulitan untuk membedakan antara realitas dan pikirannya sendiri, sehingga ia tampak seperti kehilangan kontak dengan kehidupan aslinya.
Gangguan skizofrenia bisa berkembang lambat dan baru diketahui setelah bertahun-tahun. Tapi, dalam beberapa kasus lain, gangguan ini menyerang secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat.
Skizofrenia bisa menyerang siapa saja. Penyakit mental yang mengganggu pikiran dan persepsi ini kerap menyerang individu berusia 16-30 tahun.
Penyakit skizofrenia menyerang sekitar lebih dari 23 juta orang di dunia. Sementara di Indonesia, prevalensi gangguaan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 400 ribu orang.
Meski sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab skizofrenia, namun para peneliti yakin adanya beberapa faktor yang berkontribusi terhadap gangguan jiwa ini. Berikut beberapa faktor tersebut seperti dikutip dari Hello Sehat;
1. Genetik
Para dokter berpikir kemungkinan adanya mutasi genetik yang membuat seseorang berisiko mengidap skizofrenia.
Jika salah satu keluarga terdekat, seperti ayah, ibu atau saudara kandung memiliki riwayat gangguan mental, maka ada kemungkinan mendapat gen bawaan dari mereka sebesar 10%.
Baca Juga: Mimisan Terlalu Sering, Bisa Merupakan Pertanda Adanya Penyakit serius
Akan tetapi, jika kedua orang tua memilikinya, maka kesempatan untuk mendapat gen bawaan sebesar 40%.
Bahkan, ada peluang kita mendapatkan gen bawaan sebesar 50% ketika memiliki kembar identik dengan pengidap skizofrenia.
Perlu diketahui, beberapa kasus juga menunjukkan para pengidap gangguan ini tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Pengaruh lingkungan
Para ilmuwan berusaha memahami faktor-faktor yang mendefinisikan lingkungan sebagai penyebab gangguan mental ini. Lingkungan dalam hal ini adalah semua hal selain faktor genetik.
Hal itu bisa berupa lingkungan sosial, gizi, hormonal, kimia dalam rahim ibu selama kehamilan, dinamika sosial, pengalaman stres, paparan virus, penggunaan vitamin, narkoba, bahkan pendidikan.
Baca Juga: Setelah Memprotes DPR, Awkarin Kini Soroti Toilet Umum, Ada Apa ?
3. Struktur kimia otak
Para ahli telah membandingkan struktur otak penderita gangguan skizofrenia dengan orang normal pada umumnya.
Mereka menemukan sebuah ruang di otak yang disebut vertikal terlihat lebih besar dan terdapat lebih sedikit konektor di antara sel-sel otak.
Tak hanya itu, mereka juga menemukan bagian otak yang terhubung dengan memori, tobus temporal medial, yang ukurannya lebih kecil.
Penderita skizofrenia juga cenderung memiliki perbedaan zat kimia otak, neurotransmitter, yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendali tubuh. (*)
Source | : | kompas,Hello Sehat |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar