Pemeriksaan Widal di laboratorium umumnya dilakukan bila seseorang mengalami demam 1 – 3 hari. Bila reaksi Widal ditemukan positif, bisa jadi orang tersebut khawatir.
Akibatnya sering kali ia mencari obat antibiotik sendiri atau memperlihatkan hasil laboratorium itu kepada dokter. Sering terjadi, dokter langsung memberikan obat tifus kepadanya.
Menurut Prof. Dr. Iwan Darmansjah, Sp.FK seperti dikutip dari buku Kumpulan Artikel Kesehatan Intisari, seperti semua hasil laboratorium, Widal harus diinterpretasikan dengan bijak.
Tanda-tanda klinis penderita harus lebih diutamakan daripada reaksi Widal yang positif. Mengapa? Karena hampir semura orang di Indonesia mempunyai reaksi Widal positif tanpa sakit tifus.
Penderita tifus mulai mengalami demam rendah (subfebril) pada malam hari, hilang keesokan harinya, terulang lagi pada malamnya, makin hari demamnya makin tinggi. Awalnya pada malam hari saja, kemudian pada siang hari juga.
Tifus tidak pernah diawali dengan demam tinggi pada hari pertama sampai ketiga. Bila demam terus berlanjut dan pada hari ke 5 – 6 menjadi lebih tinggi, barulah tiba waktunya untuk memeriksa Widal dan melakukan pembiakan kuman dari darah.
Hasil pembiakan kuman tifus yang positif merupakan bukti pasti adanya tifus. Sayangnya, hasil kultur kuman ini baru bisa diketahui sesudah 1 minggu (di luar negeri dalam 2 – 3 hari dan ini merupakan tantangan untuk laboratorium kita).
Source | : | WebMD,intisari - kumpulan artikel kesehatan |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar