GridHEALTH.id - Menyeruaknya kabar mengenai kelainan pada bayi kembar yang sempat dialami salah satu artis Tanah Air, Irish Bella, membuat seorang presenter berdarah Jerman-Batak ini ikut buka suara.
Tak banyak yang tahu, kini Marissa Nasution yang menetap tinggal di Bali itu menceritakan mengenai perjuangannya saat hamil.
Sebelum akhirnya melahirkan Alaia Moana pada 28 Mei 2018, Marissa Nasution pernah divonis menderita Twin to twin transfusion syndrome (TTTS).
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah gangguan serius yang terjadi pada kembar identik dan kelipatannya yang terjadi ketika pembuluh darah plasenta bersama bayi terhubung.
Hal ini menghasilkan satu bayi (kembar ini disebut sebagai penerima) menerima lebih banyak aliran darah, sedangkan bayi lainnya (kembar ini disebut sebagai donor) menerima terlalu sedikit.
Melansir laman American Pregnancy Association, TTTS terjadi sekitar 15% dari waktu di antara kembar identik, sedangkan kembar fraternal (kembar tak identik) tidak berisiko mengalami sindrom ini karena mereka tidak berbagi plasenta.
Marissa yang didiagnosis mengalami TTTS di bulan ke-4 itu akhirnya menceritakan pengalamannya di kanal YouTube miliknya pada Jumat (11/10/2019).
"Waktu itu saya didiagnosa TTTS di bulan ke-4, jadi sudah sekitar 16-17 minggu waktu itu kalau tidak salah dan saya selalu rutin check up di Jakarta,"
"Kita sempat babymoon ke New Zealand, dan sepulang saya pulang dari babymoon itu saya merasa kok perut saya besar sekali. Itu gejala pertama yang saya rasa 'ini salah, ini ada hal yang tidak beres'," awal cerita yang disampaikan Marissa.
Merasa ada sesuatu yang tidak beres pada kandungannya, ia lantas memeriksakan diri ke dokter.
"Habis itu kita langsung check up, dan dokter langsung bilang Twin B tidak sebesar Twin A," ujarnya.
Rupanya perubahan besar pada perutnya itu merupakan salah satu tanda dari gejala TTTS.
Selain pertumbuhan perut yang semakin membesar, gejala lain dari sindrom ini antara lain, seperti sensasi pertumbuhan rahim yang cepat, nyeri perut, sesak, atau kontraksi, tiba-tiba terjadi peningkatan berat badan, hingga pembengkakan di tangan dan kaki pada awal kehamilan.
Akibat hal tersebut, Marissa mendapatkan hasil bahwa kedua janinnya mengalami ketidakseimbangan nutrisi.
"Waktu itu dua-duanya masih hidup tapi ada ketidakseimbangan pada berat badan mereka, dimana Twin A lebih besar daripada Twin B,"
"Setelah dicek, kita juga lumayan panik, dan kemungkinan besar ini ada TTTS," lanjut Marissa.
Saat didiagnosa mengidap TTTS, presenter berusia 33 tahun itu mengaku sempat kaget, dan sang suami pun langsung mencari tahu detail tentang kelainan kondisi kehamilan istrinya.
"Kita waktu pertama kali dengar TTTS langsung research semuanya. Suami research semuanya, dan inget kalau salah satu temannya di Singapura juga mengalami hal yang sama beberapa tahun," ujar Marissa.
Setelah divonis dokter mengidap TTTS, ia pun direkomendasikan untuk berobat ke Australia.
"Itu sangat jauh dan kita langsung memikirkan biayanya juga. Untungnya suami masih ingat ada satu teman yang mengalami hal yang sama,"
"Dia langsung email ke mereka dan mereka menyarankan satu dokter di Singapura. Kita langsung email ke dokternya, dan dokternya bilang 'okay datang, dan kita akan cek'," papar Marissa.
Akhirnya Marissa dan sang suami mengunjungi dokter yang berada di rumah sakit KK Women's and Children, Singapura.
Setibanya di sana, pemeran film 'Get Married 2' itu pun langsung ditangani oleh banyak dokter dari berbagai macam spesialis.
Hal ini lantaran penyakit TTTS sangat jarang terjadi pada ibu hamil.
Sehingga, banyak dokter dan praktisi medis yang ingin belajar mengenai kasus TTTS yang dialaminya.
Tak menunggu waktu lama, dokter pun langsung memeriksa kondisi bayi kembar Marissa.
Imbas dari TTTS, berat badan Twin B yang dikandung Marissa sudah jauh tertinggal dari berat badan Twin A.
Dokter pun sempat berujar, jika tidak ada tindakan cepat, bayi kembar yang dikandung Marissa Nasution bisa meninggal dunia.
"Twin B sudah kekurangan berat badannya dari Twin A. Kemungkinan besar 90% kedua bayinya akan meninggal jika tidak ditangani," terang Marissa Nasution.
Tak menyerah, dokter pun langsung merekomendasikan agar Marissa Nasution melakukan penanganan laser.
Marissa lantas mengambil keputusan untuk melakukan operasi.
Baca Juga: Berjuang Lawan Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium 2, Aldi Taher Dilarang Makan Ini Sampai 5 Tahun
Operasi berjalan selama kurang lebih 1,5 jam dan selesai penanganan, ia dan sang suami harus rutin check up ke rumah sakit, demi melihat pembagian plasenta pada si bayi kembar.
Dua hari setelah operasi, ada kabar buruk yang harus diterima Marissa Nasution terkait kondisi bayi kembarnya, dimana salah satu bayi kembarnya tidak bisa diselamatkan.
"Dua hari setelah operasi kita check up, waktu itu masuk ke ruangan USG, dokter cari detak jantung, dan bilang 'maaf, Twin B tidak punya detak jantung lagi',"
"Kita sangat kaget. Kita berharap selama dua hari ini setelah operasi," kenang Marissa.
Dokter mengatakan, kondisi ini sesuatu yang tidak bisa diubah, sebab, pembagian plasentanya sendiri ternyata lebih banyak ke Twin A.
Meski kaget, Marissa tetap menanyakan terkait tindakan medis selanjutnya yang harus ditempuh demi menyelamatkan Twin A.
Dokter kemudian menjelaskan, meski Twin B meninggal, namun ia tidak lantas dikeluarkan dari dalam kandungan.
Twin B akan tetap dilahirkan bersamaan dengan kembarannya yang selamat.
"Kalau koneksi ini diputuskan, ada juga beberapa koneksi di bawah dan di dalam plasenta yang dokter dengan operasi laser ini tidak bisa memutuskan,"
"Kondisi yang terjadi adalah, Twin A yang dulu menjadi recipient merasa 'oh kok kembaran saya tidak ada?',"
"Jadi Twin A ini bisa (berubah) menjadi donor (pemberi nutrisi ke Twin B yang sudah mati). Kalau itu terjadi, dua-duanya akan meninggal dalam kandungan," lanjut terang Marissa.
Usai menerima kabar buruk itu, Marissa Nasution pun setiap dua hari sekali berkunjung ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi Twin A.
Baca Juga: Tak Banyak Yang Tahu, Wanita Ini Jadi 'Kambing Hitam' Pembawa Penyakit Tifus Pertama Kali
"Setelah operasi, setelah Twin B tidak ada, masalah TTTS ini masih bisa terjadi. Jadi kita harus check up, harus kontrol, harus melihat seperti apa perkembangan dari Twin A ini, 'apakah dia bisa bertahan sampai minggu ke-37?'," beber Marissa.
"Kalau di atas minggu ke-37 kita bisa langsung melahirkan Twin A. Aku tetap rutinitas check up setiap dua hari sekali ke rumah sakit," imbuhnya.
Minggu ke-32, dokter bilang semuanya berjalan dengan baik, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Hingga akhirnya, di minggu ke-38, dokter pun berujar semuanya baik, dan Marissa Nasution harus segera melahirkan bayinya.
Sebab, dokter tak mau mengambil risiko lebih lanjut yang dapat membahayakan Twin A yang selamat.
Baca Juga: Nikmati Kelembutan dan Manfaatnya, Ternyata Buah Pisang Bisa Bantu Pengobatan Penyakit Tifus
"Minggu ke-38, dokter bilang semuanya baik, (dokter bertanya) 'hari minggu kamu mau ngapain?', 'aku enggak tahu, aku enggak punya rencana di hari minggu', 'ok sampai berjumpa dengan si baby di hari minggu',"
"Hari minggu cek in ke rumah sakit, karena dokter bilang babynya sudah 38 minggu dan kita enggak mau ambil risiko, mendingan kita melahirkan dengan induksi biar aman dan selamat,"
"Kalau baby sudah lahir, tidak ada masalah lagi, kita tidak harus khawatir lagi," pungkas Marissa Nasution.
Marissa Nasution lantas mengikuti saran sang dokter untuk melahirkan dengan cara diinduksi.
Walau harus kehilangan salah satu dari bayi kembarnya, Marissa Nasution tetap bahagia menjalani kehidupan bersama Twin A, Alaia Moana yang kini berusia 16 bulan. (*)
Source | : | YouTube,american pregnancy association |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | GridHEALTH |
Komentar