GridHEALTH.id - Diabetes tipe 1 adalah jenis penyakit autoimun di mana tubuh tidak lagi memproduksi insulin. Pada penyakit ini, kegagalan tubuh memproduksi insulin terjadi karena sistem kekebalan tubuh telah menghancurkan semua sel yang memproduksi insulin di dalam pankreas.
Baca Juga: Diabetes Tipe 1 Banyak Diderita Sejak Balita, Ini Cara Menghindari Risiko Komplikasi
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak atau orang-orang berusia muda, meskipun bisa berkembang pada orang dewasa. Diabetes tipe 2 juga mempengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi biasanya berkembang di kemudian hari.
Ibarat nyawa, bagi penderita diabetes tipe 1 insulin bersifat vital bagi tubuh karena berperan utama dalam mengatur metabolisme gula menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan sel-sel lainnya dalam tubuh.
Apabila jumlah insulin tidak seimbang dengan kadar gula dalam darah, maka tubuh akan mengalami gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Karena penderita DM tipe 1 mengalami kekurangan insulin atau bahkan tidak memproduksi insulin sama sekali di dalam tubuh, maka insulin pada umumnya akan dibutuhkan seumur hidup. Maka dari itu, insulin berperan sebagai pengobatan utama untuk penyakit Diabetes Melitus tipe 1.
Insulin adalah hormon yang dibuat di pankreas, kelenjar yang terletak di belakang perut. Insulin memungkinkan tubuh untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
Glukosa adalah jenis gula yang ditemukan dalam banyak karbohidrat. Setelah makan atau ngemil, saluran pencernaan memecah dan mengubah karbohidrat menjadi glukosa.
Setelah melepas glukosa ke dalam aliran darah, insulin menyebabkan sel-sel di seluruh tubuh untuk menyerap gula ini dan menggunakannya sebagai energi.
Insulin juga memainkan peran kunci dalam menyeimbangkan kadar glukosa darah. Ketika glukosa dalam aliran darah terlalu banyak, insulin memberi tanda pada tubuh untuk menyimpan kelebihan gula tersebut di dalam hati/liver.
Gula ini tidak dilepas sampai gula darah turun, seperti di antara waktu makan atau pada waktu stres ketika tubuh membutuhkan dorongan energi tambahan.
Karena orang-orang dengan diabetes tipe 1 tidak dapat membuat insulin, mereka harus menggunakan insulin untuk mengendalikan penyakit ini.
Insulin tidak dapat dikonsumsi melalui mulut. Insulin harus disuntik dengan jarum suntik, pena insulin, atau pompa insulin.
Meskipun pada tingkat sel semua insulin memiliki efek yang sama, modifikasi kimia dari protein insulin telah memungkinkan pengembangan berbagai jenis insulin untuk pengobatan diabetes.
Perbedaan utama antara berbagai jenis insulin yang digunakan dalam pengobatan diabetes adalah kecepatan reaksi dan durasi efek obat.
* Rapid Acting Insulin (Insulin Kerja Cepat)
Jenis insulin yang mulai bekerja sekitar 15 menit setelah suntikan. Injeksi bisa bertahan selama 3-5 jam, dan sering dilakukan sebelum makan.
* Short Acting Insulin (Insulin Kerja Pendek)
Dilakukan sebelum makan, insulin mulai bekerja dalam waktu sekitar 30-60 menit setelah suntikan, dan berlangsung 5-8 jam.
* Long Acting Insulin (Insulin Kerja Panjang)
Insulin tidak langsung bekerja sampai 1 jam setelah suntikan, tetapi bisa berlangsung sampai 26 jam.
* Intermediate Acting Insulin (Insulin Kerja Menengah)
Jenis insulin yang mulai bekerja dalam 1-3 jam setelah injeksi, dan bisa berlangsung 12-16 jam.
Insulin diberikan beberapa kali dalam sehari dengan cara disuntikkan (dengan syringe atau insulin pen) ataupun menggunakan pompa insulin. Terapi dengan menggunakan insulin perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi tubuh pasien.
Karena itu, selama pengobatan diterapkan perlu dilakukan konsultasi dengan dokter, pemeriksaan kadar gula darah rutin, dan pada beberapa kasus dapat membutuhkan obat-obatan penunjang.
Baca Juga: Sering Sesak Napas Atau Napas Terasa Pendek, Bisa Jadi Derita Hipoventilasi
Anak-anak mungkin akan menolak setiap kali hendak diberikan suntikan insulin. Namun hendaknya, dengan bantuan dokter dan perawat anak, mungkin juga psikolog, anak dapat diberikan pengertian bahwa suntikan insulin “merupakan nyawa” yan dapat membantu mereka dalam bermain dan beraktivitas. (*)
Source | : | everydayhealth.com,hellodokter.com,Kompas Health |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar