GridHEALTH.id - Pemain Tim Nasional (Timnas) U-16 Indonesia Alfin Lestaluhu meninggal dunia pada Kamis (31/10/2019).
Dilansir dari Antaranews.com, berdasarkan keterangan dokter pemain timnas U-16 Indonesia itu menderita encephalitis atau radang otak.
Menurut Mayo Clinic penyakit ini muncul dikarenakan adanyanya peradangan pada jaringan otak akibat adanya infeksi virus, bakteri, maupun jamur.
Baca Juga: Waspada Virus Zika, Penyebab Cacat Otak Yang Bisa Menimbulkan Penyakit Sindrom Guillain-Barre
Hal ini menjawab banyak pertanyaan penggemar sepak bola yang terkejut dan penasaran mengapa Alfin Lestaluhu tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit pasca gempa Ambon.
Terkait mengapa Alfin bisa terkena encephalitis atau radang otak pasca gempa Ambon, hal ini bisa disebabkan faktor risiko dari penyakit itu sendiri.
Faktor risiko dari radang otak ini diantaranya adalah usia, sistem kekebalan tubuh yang lemah, perubahan musim, dan wilayah geografis.
Diketahui populasi nyamuk atau kutu pembawa virus dapat meningkat saat terjadinya bencana.
Sebelumnya Alfin menjadi korban gempa berkekuatan magnitudo 5,6 SR yang mengguncang Ambon dan sekitarnya pada Kamis (26/9/2019) lalu.
Baca Juga: Test Pack Bisa Keliru? Padahal Kita yang Tak Tahu Cara Pakai dan Membacanya
Ia harus mengungsi akibat gempa yang melanda kampung halamannya di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Namun selama di pengungsian kondisi kesehatannya menurun hingga akhirnya harus menjalani perawatan.
Pemain yang berposisi sebagai bek kanan tersebut lalu dirawat Rumah Sakit Tentara (RST) Ambon.
Bahkan lantaran kesehatannya terus menurun, Alfin harus dibawa ke Jakarta untuk menjalani perawatan lebih intensif.
Melihat rangkaian peristiwa tersebut, Alfin kemungkinan besar terjangkit nyamuk atau kutu pembawa virus (tick-borne encephalitis) yang dapat meningkatkan risiko untuk mengalami radang otak saat berada dipengungsian.
Baca Juga: Kenal Ponsel Sejak Umur 2 Tahun, Balita Ini Nyaris Alami Kebutaan Permanen Akibat Kecanduan Ponsel
Terlebih menurut WHO dalam situasi bencana, apa pun bentuk dan penyebabnya, akan ada implikasi pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular atau penyakit berpotensi wabah setelah bencana.
Ancaman penyakit ini muncul sebagai dampak dari buruknya sanitasi, kesulitan air bersih, atau membusuknya mayat yang belum ditemukan ataupun belum dikubur.
Kondisi semacam ini, jika tidak diantisipasi akan berdampak pada korban bencana yang masih hidup, bahkan terhadap para tim relawan dan petugas yang membantu penanganan pascabencana di lapangan.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | Mayo Clinic,Tribunnews.com,who.int |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar