Fakta dan Rahasia Mati Suri Berdasarkan Pengalaman dan Science, Paramitha Rusady Pernah Mengalaminya

GridHEALTH.id - Mati suri disebut juga sebagai spiritual journey.

Artris senior cantik Paramitha Rusady pernah mengalaminya.

Baca Juga: Jangan Tahan-tahan Saat Ingin Menangis, Lepaskan Saja dan Rasakan Manfaatnya yang Tidak Disangka-sangka

Hal itu dialaminya saat melahirkan anak pertamanya.

Seseorang yang mengalami mati suri sendiri secara klinis sudah dinyatakan meninggal dunia, sebelum ahirnya hidup kembali.

Baca Juga: Sempat Kapok Pacaran Sampai Jomblo Bertahun-tahun, Kini Presenter Cantik Ini Malah Kena Batunya Saat Hamil, Ada Apa?

Kenapa orang yang matis suri secara klinis dinyatakan sudah meninggal dunia?

Alasannya tidak lain karena saat diperiksa organ tubuhnya;

* Pupil matanya tidak bereraksi terhadap cahaya

* Tidak ada respons mata terhadap stimulasi kalori (hangat atau dingin)

* Tidak ada refleks rahang (rahang akan bereaksi seperti lutut jika dipukul dengan palu refleks)

* Tidak ada refleks muntah (menyentuh bagian belakang tenggorokan menyebabkan muntah)

* Tidak ada respons terhadap rasa sakit

Baca Juga: Seorang Anak Perempuan Meregang Nyawa Karena Alergi Pasta Gigi

* Tidak bernapas

* Suhu tubuh 30° C, yang menghilangkan kemungkinan resusitasi setelah tenggelam dengan air dingin

* Tidak ada penyebabseperti cedera kepala

* Tidak mengonsumsi obat dalam tubuh yang dapat menyebabkan kematian

* Tidak ada darah yang bersirkulasi ke otak, seperti yang ditunjukkan oleh angiografi.

Biasanya fenomena mati suri dianggap sebagai pengalaman spiritual di mana orang-orang yang mati suri mengalami kejadian-kejadian yang di luar nalar.

Baca Juga: Seorang Gubernur Dibully Warganet Setelah Terinveksi Cacar Air, Dirinya Dikenal Anti-Vaksin

Sementara menurut catatan penelitian, sekitar 4 hingg 15 persen penduduk dunia pernah mengalami mati suri, seharusnya fenomena ini tidak lagi menjadi misteri.

Namun pada kenyataannya masih banyak pertanyaan yang belum terungkap mengenai mati suri, dan para ahli masih terus berusaha untuk mencari jawabannya.

Salah satu pendekatan yang dilakukan oleh para ahli adalah menyelidiki pengalaman orang-orang yang mati suri.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Frontiers Research of Neuroscience tahun 2017, Charlotte Martial dari University Liège di Belgia dan timnya mengumpulkan beragam pengalaman orang-orang yang pernah mengalami mati suri atau Near Death Experience.

Secara total, Martial dan timnya berhasil mengumpulkan 154 kisah mati suri dari 154 orang yang berbeda.

Baca Juga: Marlboro Man Pertama Usianya Panjang, Meninggal di Usia 90 tahun, Ini Kisah dan Faktanya

Dari seluruh responden ini, 80 persen melaporkan merasakan kedamaian saat mati suri, 69 persen melihat cahaya terang dan 64 persen menemui roh-roh orang yang sudah meninggal.

Sebaliknya, pengalaman yang paling jarang dirasakan adalah pikiran yang lebih cepat (5 persen) dan penglihatan masa depan (4 persen).

Sepertiga dari responden juga mengaku mengalami sensasi pemisahan roh dan akhirnya kembali lagi ke tubuh.

"Ini menunjukkan bahwa pengalaman mendekati kematian selalu bermula dari keluar dari tubuh fisik dan berakhir saat kembali lagi," kata Martial, seperti dikutip Science Daily, 26 Juli 2017 lalu.

Baca Juga: Diselimuti Kabar Perselingkuhan Akibat Unggahan Raul Lemos, Aurel Hermansyah Akhirnya Buka Suara Kabar Rumah Tangga Krisdayanti

Tidak benar-benar mati

Sayangnya, pengalaman 154 orang ini hanya mengungkap rasanya mati suri dan tidak bisa dijadikan kesaksian tentang kehidupan setelah kematian.

Pasalnya, menurut sains, seseorang yang mengalami mati suri mungkin sebetulnya tidak benar-benar mati.

Ada seorang dokter dari Oregon Emergency Room yang bernama Mark Crislip.

Crislip pernah menelaah hasil elektroensefalograf (EEG) terhadap pasien-pasien yang disebut mati suri.

Untuk diketahui, EEG merupakan metode untuk merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala dan mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam otak.

Baca Juga: Risikonya bukan Main, Ini Alasan Kenapa Cacar Air Tidak Boleh Digaruk

Hasilnya, mayoritas pasien-pasien yang disebut mati suri ini dalam studi Crislip tidak benar-benar mati.

Hanya sedikit pasien yang memiliki garis datar atau otaknya benar-benar mati saat mati suri.

Itu pun paling lama hanya terjadi selama 10 detik sebelum pasien sadar kembali.

Kesalahan ini dikarenakan sulitnya mendefinisikan kematian itu sendiri.

Kematian melibatkan berhentinya berbagai macam mekanisme dalam tubuh.

Itulah yang membuat para peneliti hingga sekarang belum bisa menentukan apakah kematian adalah suatu kejadian atau momen tertentu, atau sebuah proses?

Baca Juga: Fakta, Cacar Air Memang Tidak Akan Muncul Dua Kali, Ini Penjelasannya

Menjelaskan pengelihatan orang mati suri

Lantas, bila tidak benar-benar mati, bagaimana sains menjelaskan pengelihatan orang-orang yang mati suri?

Sebuah studi yang dipaparkan di European Academy of Neurology Congress pada bulan Juni 2019 mungkin bisa menjawabnya.

Menurut para ahli yang menulis studi ini, mati suri mungkin ada hubungannya dengan gangguan tidur pada tahap REM, tahap dalam siklus tidur di mana seseorang bermimpi sementara ototnya mengalami kelumpuhan.

Baca Juga: Waduh, Politisi Ini Menentang Imunisasi Cacar Air, Tak Lama Dirinya Malah Kena, Hukum Karma?

Orang-orang yang sering mengalami gangguan tidur REM, misalnya ketindihan, ternyata juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami mati suri.

Para ahli menemukan hal ini setelah menganalisis informasi dari 1.034 orang di 35 negara.

289 di antaranya melaporkan pernah mengalami mati suri, dan 106 di antaranya dianggap benar-benar mengalami mati suri setelah mengisi survei yang diberi oleh para ahli.

47 persen responden yang pernah mengalami mati suri melaporkan gejala gangguan tidur REM.

Proporsi ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengalami mati suri, yakni hanya 14 persen saja.

Baca Juga: Disarankan Dokter Untuk Gugurkan Kandungan Akibat Anak Ber-IQ Rendah, Ibu Ini Buktikan pada Dunia Kemampuan Sang Anak

Melihat hal ini, para ahli pun berpendapat bahwa beberapa pengalaman mati suri bisa merefleksikan kemunculan tiba-tiba dari fitur-fitur menyerupai tidur REM di otak.

Menanggapi hasil temuan ini; Dr Kevin Nelson, seorang profesor neurologi di University of Kentucky yang tidak terlibat dalam studi ini tetapi juga pernah melakukan penelitian tentang kaitan mati suri dengan gangguan tidur REM berkata bahwa orang-orang yang mengalami mati suri mungkin memiliki mekanisme otak yang berbeda.

Menurut dia, otak orang-orang yang mati suri mungkin mencampur kesadaran saat bangun dengan kesadaran saat tidur REM, seperti mimpi, sebagai reaksi ketika menghadapi krisis dan nyaris mati.

Baca Juga: Selalu Satu Kamar Bersama Ketiga Istrinya, Begini Rupanya Cara Lora Fadil Menjaga Stamina Untuk Pria: 'Enaknya Siap, Tidak Enaknya Juga Siap'

Pencampuran inilah yang kemudian menjadi pengelihatan saat mati suri. (*)

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

Salam sehat. Obat sangat berguna saat kita mengalami sakit. Karnanya obat harus disimpan ditempat dan dengan cara yang tepat. Sebab jika salah menyimpannya justru membuat obat menjadi tidak layak konsumsi. Jika dipaksakan untuk dikonsumsi tentunya menimbulkan efek negatif bagi kesehatan. Berikut adalah cara menyimpan obat yang baik dan benar. Baca selengkapnya di health.grid.id atau klik link di bio #gridhealthid #inspiringbetterhealth #racun #obat #menyimpanobatyangbaik #lembab #panas #obatobatan #kesehatan #konsumsi #layakkonsumsi #menyimpanobat #obatcair #panas #konsumsiobat

A post shared by GridHEALTH (@gridhealth_id) on Nov 7, 2019 at 8:23pm PST

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pengalaman Orang-orang Mati Suri, Bagaimana Sains Menjelaskannya?

PROMOTED CONTENT