Pada 2004, Institute of Medicine (IOM) menemukan ada bukti yang cukup untuk menghubungkan paparan jamur dengan gejala saluran pernapasan bagian atas, batuk, dan mengi pada orang yang sehat; dengan gejala asma pada orang dengan asma; dan dengan pneumonitis hipersensitif pada individu yang rentan terhadap kondisi yang dimediasi kekebalan.
IOM juga menemukan bukti terbatas atau sugestif yang menghubungkan paparan jamur dalam ruangan dan penyakit pernapasan pada anak-anak yang sehat.
Studi terbaru lainnya menunjukkan adanya hubungan potensial paparan jamur awal terhadap perkembangan asma pada beberapa anak, terutama di antara anak-anak yang secara genetik rentan terhadap perkembangan asma, dan bahwa intervensi terpilih yang memperbaiki kondisi perumahan dapat mengurangi morbiditas akibat asma dan alergi pernapasan, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian dalam hal ini.
Adapun hubungan antara efek kesehatan yang merugikan lainnya, seperti perdarahan paru idiopatik akut di antara bayi, kehilangan memori, atau kelesuan, dan jamur, termasuk jamur Stachybotrys chartarum (Stachybotrys atra), belum terbukti.
Hal yang sama diakui oleh Indra Zaka Permana, arsitek prinsipal dari PrivateLaboratory.net. Melansir Nakita.id dari Nova.id, kamar mandi memang memiliki risiko rembes.
Menurutnya, baik atau tidak letak kamar mandi pribadi tersebut, justru ditentukan oleh kesiapan kita akan risiko jika tidak terdesain dengan baik, yaitu kelembapan ruang yang tinggi.
“Karena ada penggunaan air di situ, pemakaian cenderung tidak kontinu, air lebih banyak. Apalagi sifat (kamar mandi) untuk menyimpan air,” lanjut Zaka yang juga mantan jurnalis majalah IDEA.
Kelembapan yang tercipta, terang saja akan membuat kamar mandi lebih rentan berlumut jika kita tidak memerhatikan prosedur perawatan yang ideal.
Source | : | Nakita,cdc.gov,nova.id |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar