GridHEALTH.id - Masih saja banyak orangtua yang keliru mengenai MPASI.
Kekeliruan yang masih dianut, dipercaya, bahkan dilakukan banyak orangtua mengenai MPASI memang mengkhawatirkan.
Kekhawatiran itu berasalan, khawatir bayi-bayi Indonesia tidak bisa mendapatkan MPASI yang baik dan bergizi.
Jika demikian adanya, harapan orangtua tentu sirna untuk mempunyai anak yang sehat, kuat, dan cerdas, sebagai penerus keluarga juga bangsa dan negara.
Baca Juga: Dikabarkan Derita Autoimun, Ashanty Malah Kepergok Temui Dokter Spesialis Kanker, Sakit Kanker?
Tapi sedihnya kekeliruan mengenai MPASI yang berkembang dimasyarakat Indonesia sekarang ini tetap saja dipercaya, dan dilakukan.
Menurut dr. Windhi Kresnawati, SpA ada beberapa contoh mitos alias anggapan keliru di masyarakat tentang MPASI, atau tepatnya kelirumologi alias kekeliruan soal MPASI.
Dokter Windhi yang aktif di Yayasan Orangtua Peduli juga milissehat.web.id, kemudian memberikan fakta-fakta.
Kekeliruan 1: Tidak perlu memberikan makanan hewani sampai usia 9-10 bulan karena kuatir alergi
Yang benar: Protein hewani (seperti daging sapi, ayam, telur dan ikan) mengandung tinggi zat besi, energi dan vitamin lainnya untuk mencukupi kebutuhan yang tidak lagi dapat dicukupi oleh ASI saja. Menunda pemberian bahan hewani, meningkatkan risiko kekurangan gizi.
Baca Juga : Hentikan Kebiasaan Mengisap Jempol di Usia Batita, Begini Caranya
Memang sejak tahun 2000, terdapat anjuran untuk menunda pemberian protein hewani dengan alasan kekuatiran terhadap alergi makanan.
Namun pada tahun 2008, para ahli menyatakan tidak ditemukan hubungan antara menunda pemberian protein hewani dengan pencegahan alergi.
Hal tersebut malah menimbulkan kekurangan gizi. Berikut adalah sara pemberian makanan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi alergi makanan:
Baca Juga : Luna Maya Mengaku Sudah Move On, Syukurlah Karena Patah Hati Bisa Bikin Mati
- Pada prinsipnya pemberian protein hewani dapat dilakukan sejak usia 6 bulan.
- Untuk mengenal makanan baru, berikanlah di rumah, jangan di restoran atau tempat penitipan bayi.
- Berikan dalam jumlah sedikit lalu pantau apakah terdapat reaksi, bila tidak, dapat dilanjutkan pemberian dalam jumlah lebih banyak dan sering.
Kekeliruan 2 : Madu dapat diberikan pada bayi sebagai pengganti gula
Yang benar: Pemberian madu pada bayi di bawah 1 tahun masih kontroversial. Yang jelas, madu merupakan salah satu bahan makanan yang tidak boleh diberikan pada bayi di bawah usia 12 bulan.
Madu mengandung botulinum toxin yang dapat merusak saraf anak. Secara ilmiah, pemberian madu belum terbukti manfaatnya pada bayi.
Baca Juga : Jangan Sembarangan Minum Obat, Alergi dan Sinusitis Berbeda!
Pemberian madu pada bayi sering dipromosikan oleh penjual herbal bukan tenaga kesehatan. Oleh karena itu pemberian madu pada bayi di bawah usia 1 tahun bukan berdasarkan bukti ilmiah yang sahih.
Selain madu, berikut adalah makanan yang tidak dianjurkan pada usia kurang dari 12 bulan adalah makanan bulat yang keras dan berpotensi tersedak (permen, kacang, popcorn, dan wortel mentah).
Susu sapi utuh/murni juga tidak dianjurkan pemberiannya untuk bayi.
Baca Juga : Ingin Sehat Tapi Malas Bergerak? 5 Trik Sehat Ini Bisa Membantu
Kekeliruan 3 : Jangan memberikan bayam karena dapat menyebabkan methemoglobinemia
Yang benar: Makanan yang mengandung nitrat seperti bayam, beet, dan wortel memang dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen pada darah yang dikenal dengan methemoglobinemia.
Tetapi risiko tersebut hanya terjadi pada usia bayi kurang dari 4 bulan. Bayam, beet, wortel tetap aman diberikan di atas usia 6 bulan.
Kekeliruan 4 : Utamakan pemberian buah-buahan agar bayi lebih sehat
Yang benar: Salah satu prinsip pemberian MPASI adalah padatnutrisi. Buah bukan merupakan sumber energi, protein dan zat besi.
Pemberian MPASI sejak awal selalu menerapkan variasi makanan untuk mendapatkan nutrisi yang cukup. Adalah keliru memberikan buah sebagai menu utama MPASI.
Buah diberikan sebagai sumber vitamin, variasi rasa, dan bumbu. Memberikan jus buah pada anak sebaiknya mengikuti kaidah berikut:
- Hanya boleh diberikan pada bayi diatas 6 bulan, dan berupa jus buah segar, bukan jus buah kemasan, apalagi “minuman rasa buah”.
Baca Juga : Obat Flu di Musim Hujan Yang Disarankan Dokter, Tak Harus Antibiotik
- Jangan memberikan jus buah dalam botol susu, melainkan gunakan gelas atau cangkir
- Posisi buah adalah “snack”/camilan, jadi bukan MPASI pokok
- Maksimal pemberian jus buah adalah 120 mL perhari untuk menghidari anak kenyang namun miskin energi.
Baca Juga : Tiga Hal Mudah Ini Akan Membantu Buang Air Besar Jadi Lancar
- Menambahkan air putih pada jus buah boleh dilakukan
- Hindari pemberian buah kalengan untuk bayi di bawah 10 bulan
- Jangan berikan jus buah sebagai pengantar tidur
- Sebaiknya jus buah dipasteurisasi sebelum diberikan kepada bayi
- Jangan memberikan jus buah sebagai pengganti ASI atau susu formula.
Baca Juga : Mitos dan Fakta Tentang Obat Pengencer Darah yang Perlu Dipahami
Kekeliruan 5: Gunakan "4 days rule", saat memberikan satu jenis makanan untuk mengevaluasi adanya alergi makanan.
Yang benar: Metode ini hanya berlaku pada bayi dengan risiko alergi yang tinggi (orangtua atau saudara kandung memiliki penyakit atopi seperti dermatitis atopi, rhinitis alergi, atau asma).
Metode ini juga dapat dijalankan pada makanan yang berpotensi menimbulkan alergi seperti kacang, telur, susu sapi dan ikan.
Namun kekeliruan yang sering terjadi adalah apabila "4 days rule" dilakukan pada semua jenis makanan. Akibatnya bayi mendapatkan sedikit variasi makanan dan berisiko kekurangan gizi.
Baca Juga : Mau Panjang Umur? Mohon Jangan Lakukan Aktivitas Ini di Tempat Tidur
Coba lihat pada keliru nomer 1 di atas untuk mengetahui bagaimana memberi bayi makanan yang risiko alerginya tinggi.
Kekeliruan 6: Untuk membuat rasa lebih enak dan meningkatkan napsu makan anak, garam dan gula dapat ditambahkan pada MPASI
Yang benar: Pemberian tambahan garam dan gula tidak dianjurkan pada makanan anak. Garam membuat kerja ginjal ekstra sedangkan gula berisiko menimbulkan obesitas.
Bumbu dapat diperioleh dari buah manis atau ASI jika ingin menambah rasa.(*)
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar