- Ketakutan yang kuat akan diabaikan, bahkan melakukan tindakan ekstrem untuk menghindari perpisahan atau penolakan yang nyata ataupun hanya imajinasi.
- Pola hubungan intens yang tidak stabil, seperti kerap kali mengidealkan seseorang dan kemudian tiba-tiba percaya bahwa orang itu tidak cukup peduli atau kejam.
Baca Juga: Penderita HIV di Bekasi Terbanyak Pria Penyuka Sesama Jenis, Kurang Bahagia di Rumah dengan Istrinya
- Perubahan cepat dalam identitas diri dan citra diri yang mencakup perubahan tujuan dan nilai-nilai, dan melihat dirinya sendiri buruk atau seolah-olah tidak ada sama sekali.
- Periode paranoia yang berhubungan dengan stres dan hilangnya kontak dengan kenyataan, berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam.
- Perilaku impulsif dan berisiko, misalnya menyabotase kesuksesan dengan tiba-tiba berhenti dari pekerjaan yang bagus atau mengakhiri hubungan yang positif.
- Ancaman bunuh diri atau perilaku cedera diri, sering kali sebagai respons terhadap rasa takut akan perpisahan atau penolakan.
- Perubahan suasana hati yang berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari.
- Perasaan hampa yang berkelanjutan.
- Kemarahan yang intens dan tidak jelas, seperti sering kehilangan kesabaran, bersikap sarkastik dan sengit, atau bertengkar secara fisik. (*)
(Deva Norita Putri)
Source | : | Mayo Clinic,Grid.id |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | GridHEALTH |
Komentar