GridHEALTH.id - Belakangan ini, ramai diberitakan mengenai teror ular kobra yang meresahkan warga.
Ratusan butir telur hingga anak ular kobra ini rupanya mulai tersebar di berbagai daerah di Tanah Air.
Seperti yang terjadi di Kembangan, Jakarta Barat, warga menemukan kurang lebih 18 belas anakan ular kobra sepanjang 20 cm di akamr mandi, pada Minggu (15/12) siang.
Selain itu, sebanyak 30 anak ular kobra ini juga ditemukan di Bekasi, 30 telur ular kobra di Bogor, 20 anak ular kobra di Depok, hingga puluhan lainnya tersebar di daerah lain.
Teror ini semakin mencekam akibat sang induk belum ditemukan hingga saat ini.
Menurut Ketua Komunitas Animal Education & Socialisation, Rizky Maulana, anak ular kobra jauh lebih berbahaya dibanding induknya atau ular kobra dewasa.
"Karakternya akan lebih bahaya (ular kobra) yang kecil dibanding (ular kobra) yang besar," ungkapnya dalam tayangan 'Indonesia Update', Kompas TV.
Rizky menyebut jika ular kobra dewasa memiliki cara tersendiri untuk mengeluarkan bisanya.
"(Ular kobra) yang besar akan cenderung memilih untuk menggigit, mereka akan menyimpan bisanya untuk ambil makan. Kalau (ular kobra) yang kecil ini belum mengerti. Mereka dikasih senjata (bisa), ketika mereka terganggu sedikit, mereka akan gigit, langsung tembak-tembakin bisanya," tambahnya.
Baca Juga: Punya Suami Gemar Gowes? Awasi dan Kontrol Hobinya Supaya Dia Tetap Menjadi Pria Subur
Ular kobra merupakan salah satu reptil paling mematikan, sasaran gigitan ular kobra ini adalah aliran darah sehingga jika seseorang yang tergigit akan berisiko pembekuan darah.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Emergancies, Trauma, and Shock menjelaskan, efek racun dari racun ular berasal dari protein dan komponen nonprotein, seperti phospholipase, hyaluronidase, dan polipeptida.
Ketiga komponen dalam bisa ular ini dapat merusak sel darah merah, leukosit, trombosit, otot rangka, endotelium vaskular, ujung saraf tepi, dan persimpangan myoneural.
Bahkan, dengan cepat diserap ke dalam sirkulasi sistemik dan menyebabkan toksisitas sistemik pada organ yang kaya pembuluh darah (jantung, paru-paru, ginjal, dll), serta pada membran pra dan pasca sinaptik.
Akibat teror ular kobra ini, sudah ada warga yang terkena gigitan ular kobra hingga menjalani rawat inap di rumah sakit.
Pemerintah pun tak ambil diam, bahkan berancang-ancang untuk memberikan pengobatan gratis.
Direktur RSUD Kota Depok Asloe’ah Madjri mengatakan, sudah mempersiapkan obat suntik anti-bisa ular (ABU) gratis bagi orang yang terkena gigitan ular berbisa ini.
Menurut WHO, obat antivenom atau obat anti-bisa ular ini dapat mencegah atau membalikkan sebagian besar efek gigitan ular, dan memainkan peran penting dalam meminimalkan kematian (mortalitas) dan tingkat penyebaran penyakit (morbiditas).
Serum anti bisa ular umumnya diberikan dalam 4 jam pertama setelah gigitan, meski diketahui masih efektif bila diberikan dalam 24 jam pertama sejak gigitan.
Namun sebelum mendapat pertolongan medis atau obat anti-bisa ular, seseorang yang terkena gigitan ular kobra ini dapat ditolong dengan beberapa cara.
Berdasarkan laman WebMD, 6 cara yang dapat dilakukan untuk membantu meringankan rasa sakitnya, yaitu dengan cara:
1. Pindahkan orang itu dari jarak yang jauh dari ular.
2. Suruh orang itu berbaring dengan luka di bawah jantung.
3. Jaga agar orang itu tenang dan diam, tetaplah diam agar racun tidak menyebar.
4. Tutupi lukanya dengan perban steril yang longgar.
5. Lepaskan semua perhiasan dari area yang digigit.
6. Lepaskan sepatu jika kaki atau kakinya digigit.
Jangan sampai melakukan pertolongan tradisonal dengan membuat sayatan lokal di lokasi gigitan, menyedot racun, penggunaan pita ketat di sekitar anggota badan, atau memberi es batu.
Semoga saja teror ular kobra ini berhenti sampai di sini, dan tidak menyebar ke berbagai daerah lagi. (*)
Source | : | WebMD,ncbi,WHO,Kompas TV |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | GridHEALTH |
Komentar