Dari total bayi yang mengalami ROP, 9 bayi memperoleh perawatan laser dan injeksi dan 4 bayi kehilangan penglihatan karena terlambat skrining.
Protokol nasional untuk skrining dan terapi ROP sudah tersedia, namun kesulitan yang terjadi di lapangan adalah perpindahan bayi prematur yang sedang dalam perawatan intensif di suatu rumah sakit ke rumah sakit tersier, yang biasanya memiliki peralatan dan personil yang memadai, dapat memperburuk kondisi bayi tersebut.
Baca Juga: Artis FTV Ini Meninggal Di Usia Muda, Makanan Panas Jadi Biang Keladi Pemicu Kanker Lidah
Diana Mudadalam, Country Head of Corporate Affairs Standard Chartered Bank Indonesia, berkata, “menunjukkan kepedulian terhadap sesama dan saling bersinergi untuk bersama-sama mencegah kebutaan di Indonesia merupakan fokus utama program Seeing is Believing dari Standard Chartered Bank.”
“Kami senantiasa berkolaborasi bersama pemerintah dan mitra terkait lainnya untuk menjalankan berbagai inisiatif antara lain melalui pemberian akses pemeriksaan mata yang terjangkau bagi masyarakat,” ujarnya.
Baca Juga: 6 Hari Lagi Gerhana Matahari Cincin Dapat Dilihat di Tanjung Pinang
Dr. dr. Habibah S. Muhiddin Sp.M(K), Ketua PERDAMI Sulawesi Selatan menyampaikan, “melihat kondisi dan data yang ada di Makassar, maka kami memunculkan inovasi untuk melakukan skrining di rumah sakit tempat bayi prematur dirawat.”
Source | : | Pers Rilis |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar