GridHEALTH.id – Telah diberitakan sebelumnya, sebuah mobil sedan BMW menabrak apotek di Jalan Senopati, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2019) dini hari.
Kanit Laka Satlantas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Suharno mengatakan, kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 04.30 WIB dini hari.
Padahal, baru pada Oktober lalu, sebuah mobil menabrak apotek tersebut di titik yang sama.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, pengemudi mobil sedan BMW yang menabrak Apotek Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan positif menggunakan obat penenang dan ganja.
Baca Juga: Medina Zein Diamankan karena Ibra Azhari, Polisi Malah Temukan Hal Lain, Positif Narkoba?
"Memang itu kecelakaan tunggal, tapi setelah dicek urine yang bersangkutan itu memang baru selesai menggunakan obat penenang dan juga jenis narkotika ganja," kata Yusri di Mapolda Metro Jaya, Minggu (29/12/2019), dilansir dari Kompas.com.
Selain itu, saat polisi menggeledah rumah tersangka di kawasan Tangerang Selatan, ditemukan juga satu butir narkoba jenis happy five.
Atas temuan tersebut, pengemudi BMW itu ditahan di Mapolres Metro Jakarta Selatan.
"Kita kenakan UU 114, 112, Undang-Undang 35 Tentang Narkotika, ancamannya diatas 5 tahun," ujar Yusri.
Satu butir narkoba happy five ditemukan dalam rumah tersangka, jenis obat apa itu?
Melansir dari solaceasia.org, Happy five adalah istilah informal untuk obat bernama Nimetazepam, sejenis obat hipnotik sedatif disebut Benzodiazepine (obat penenang) yang diproduksi di Sumitomo, Jepang.
Sejak awal November 2015, sudah tidak diproduksi lagi di Jepang. Happy five paling populer di Singapura, Malaysia, dan Indonesia.
Obat ini diresepkan untuk pengobatan jangka pendek pada pasien dengan insomnia berat.
Namun akhir-akhir ini, sudah ada obat hipnotik lain seperti Etizolam dan Flunitrazepam untuk mengobati pasien dengan penyakit tersebut.
Hal ini dikarenakan penggunaan Nimetazepam bisa menyebabkan konsekuensi kecanduan dan berbahaya.
Baca Juga: Nekat Pakai Sabu di Sel Tahanan, Ibra Azhari Kembali Terseret Kasus Narkoba Keempat Kalinya
Banyak pecandu yang menyalahgunakan happy five karena memiliki efek menenangkan pada penggunanya.
Sifat kecanduan tentunya tidak memiliki mekanisme koping (cara yang dilakukan seseorang dalam menghadapi stres) yang sehat.
Happy five memicu kecanduan pada penggunanya karena obat ini memberi makan apa yang kurang dalam otak para pengguna tersebut, yaitu dopamin (senyawa yang berperan mempengaruhi rasa bahagia).
Itu karena obat tersebut bersifat hipnotis, ansiolitik, sedatif, muskuloskeletal, serta antikonvulsan.
Zat-zat dalam obat tersebut bisa memberi efek sebagai obat penenang, menghilangkan kecemasan, dan mengatasi kejang.
Obat ini diproduksi dalam bentuk tablet 5mg, oleh karena itu dikenal sebagai happy five.
Baca Juga: Anggota DPR ini Sebut Tuak Bisa Untuk Terapi Narkoba, Padahal Begini Menurut Medis
Orang-orang yang menyalahgunakan happy five akan mengalami gejala-gejala seperti kelelahan ekstrim, kelaparan, kecemasan, depresi, lekas marah, dan insomnia (kesulitan tidur).
Happy five jarang digunakan sebagai dosis tunggal, biasanya para pecandu menggunakan obat ini dengan obat lainnya. Beberapa dari mereka mengonsumsi happy five bersamaan dengan minum alkohol.
Bahaya sekali jenis narkoba yang digunakan si penabrak apotek tersebut, semoga kejadian seperti ini dijadikan pelajaran dan tidak terulang kembali.
Selain itu, untuk mencegah kejadian serupa berulang, Ditlantas Polda Metro Jaya akan memasang sebuah penghalang cukup tinggi di lokasi tersebut. (*)
#berantasstunting
Source | : | Kompas.com,solaceasia.org |
Penulis | : | Deva Norita Putri |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar