"Sampai saat ini aku masih salat pakai peci dan sarung," jawab Gebby Vesta.
"Makanya semenjak aku melakukan pergantian penampilan, aku udah enggak mau salat berjamaah," lanjutnya.
Baca Juga: Atasi Masalah Nyeri Sendi Dengan Khasiat Air Rendaman Biji Ketumbar, Ini Caranya
Bukan tanpa alsan, Gebby Vesta melakukan hal itu lantaran ia cukup mendapatkan diskriminasi dari orang sekitar.
"Karena gini aku memiliki payudara yang besar, di saat aku masuk saf laki-laki pasti bilang 'Ini kenapa cewek masuk di sini?,
Tapi di saat aku salat masuk di saf perempuan dan aku nyentuh mereka, mereka najis," jelasnya.
Di kesempatan itu, ia juga membeberkan keinginannya jika suatu saat dirinya harus pergi untuk selamanya.
Gebby mengungkapkan bahwa ia ingin meninggal sebagai seorang laki-laki.
Permintaannya itu ternyata sudah ia utarakan kepada keluarganya.
"Kalau misalnya sampai tiba saatnya, kamu udah ngomong belum sama keluargamu 'gue pengen dikuburkan sebagai laki-laki atau perempuan'?" tanya Ussy.
"Udah, sama keluarga aku udah ngomong. Kalau aku meninggal nanti implanku (payudara) dibelek aja dibuang, terus aku mau mati secara tetap laki-laki dengan nama lahirku," tutur Gebby.
Rupanya hal tersebut didasari dari perasaan bersalah Gebby karena telah mengganti kelaminnya.
Ia pun merasa bahwa itu adalah dosa.
Meski begitu, Gebby tetap menjalankan ibadahnya sesuai dengan kodratnya.
Baca Juga: Nestapa Warga Wuhan Pasca Wabah Virus Corona Sampai Harus Makan Makanan Basi
"Cukuplah udah di dunia aku seperti ini, aku sadar ini dosa. Tapi yaudah lah biarkan aku menjalani hidupku, yang penting aku tetep melakukan kewajibanku sama yang di atas. Aku salat secara laki-laki, aku meninggalnya juga secara laki-laki," pungkas Gebby Vesta.
Selain melakukan apa yang sudah dilakukannya dosa, Gebby Vesta pun sadara risiko yang busa terjadi pada dirinya.
Mungkin karena itulah mengapa, dia berterus terang untuk masalah perubahan fisiknya, juga menitip wasiat kepada keluarganya jika dirinya meninggal dunia.
Source | : | YouTube,WebMD,NHS |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar