GridHEALTH.id - Ramuan herbal alias jamu buatan dalam negeri kembali diklaim bisa mengobati pasien positif virus corona (Covid-19).
Kali ini giliran ramuan herbal dari Punggawan, Banjarsari, Solo yang diberi nama Contravid disebut-sebut telah menyembuhkan pasien positif Covid-19.
Menurut Tri Dewa selaku pencipta ramuan herbal tersebut bahan yang digunakan untuk membuat jamunya itu berasal dari 20 jenis bahan alami empon-empon.
Dimana diantaranya seperti jahe merah, kunir, serai, hingga daun kelor.
Dilansir dari Bisnis.com, Tri Dewa mengklaim sebanyak tujuh pasien Covid-19 di Jakarta telah sembuh setelah minum Contravid buatannya.
“Ramuan ini sudah teruji. Ada tujuh pasien positif Covid-19 di Jakarta yang sembuh setelah minum produk ini lima hari berturut-turut,” klaimnya.
Baca Juga: Seorang Nenek di Inggris Berusia 106 Tahun Menjadi Pasien Tertua yang Berhasil Sembuh dari Covid-19
Tri Dewa menjelaskan ramuan jamu Covid-19 itu tidak ditemukan secara tiba-tiba.
Ia mengaku telah mempelajari khasiat dari bahan alami sejak wabah SARS merebak di penjuru dunia pada medio 2002.
Saat itu Tri mengolah sekitar 10 jenis empon-empon untuk obat penderita SARS.
Baca Juga: Minum Minuman Panas Untuk Mencegah Penularan Virus Corona, Ternyata Ini Kata Ahli
Tri kemudian menambahkan 10 jenis empon-empon baru yang dinilainya berkhasiat untuk menyembuhkan Covid-19.
“Racikan ini saya rebus dengan tambahan ion positif. Rebusan ini kemudian saya kemas dalam botol berukuran 250 ml. Untuk menyembuhkan Covid-19, sebotol jamu cukup diminum sehari sekali selama lima hari berturut-turut,” jelasnya.
Faktanya, menurut pria berumur 50 tahun itu, ramuan herbal Contravid-nya belum melalui uji laboratorium atau sejenisnya.
Menurut pengakuan Tri Dewa, dirinya telah membawa dan mencoba mengajukan ramuan herbal Contravid ini ke BPOM untuk diuji, tapi ditolak.
Baca Juga: Masker Kain Batas Pakainya Hanya 4 Jam, Dicuci Pakai Air Panas
Satu hal yang harus kita pahami bersama, suatu produk dapat dikatakan menjadi obat jika telah melewati beberapa tahapan dimulai dari mengindentifikasi zat aktif yang terkandung, menemukan cara kerjanya, melakukan uji praklinis sampai uji klinis.
Menurut Mayo Clinic, untuk menilai efektivitas dan keamanan produk, perlu dilakukan uji praklinis, yaitu uji coba pada hewan dan uji klinis.
Tahap akhir yang dilakukan kepada pasien manusia.
Serta waktu yang dibutuhkan pun tidak sebentar.
Jadi untuk sebuah obat, apalagi yang spesifik pengobatannya, jangan dipandang dan dikonsumsi hanya berdasarkan testimoni.
Tapi harus berdasarkan fakta ilmiah teruji secara kredibel.
Meski demikian, Tri Dewa tetap meyakini Contravid buatannya benar-benar manjur untuk mengobati pasien COvid-19.
Menurutnya, buktinya sudah ada tujuh pasien yang dinyatakan sembuh tukasnya.(*)
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Mayo Clinic,bisnis.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar