GridHEALTH.id - Nampaknya masih banyak masyarakat yang kurang paham akan bahayanya virus corona (Covid-19).
Hal itu terbukti dari ditemukannya beberapa pasien positif Covid-19 justru menolak bahkan kabur saat menjalani perawatan.
Seperti yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Praya Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dimana seorang pasien positif Covid-19 berinisial SL (50) sempat kabur dari rumah sakit saat menjalani perawatan.
Bahkan SL dikenal kerap membantah anjuran petugas medis dengan hadis-hadis yang dipercayanya, yang bisa jadi palsu.
Baca Juga: 2 Kali Lolos dari Maut Pandemi Virus Dunia, Flu Spanyol dan Covid-19, Berikut Kisah Wanita Super Ini
Dilansir dari Kompas.com (30/4/2020), kondisi pasien SL tersebut dibenarkan langsung oleh Direktur RSUD Praya Muzakir Langkir.
"Memang pasien ini dikenal ngeyel. Informasi dari dinas kesehatan, dia sering membantah saran-saran petugas dengan hadis-hadis. Disuruh ini itu, dia keluarkan hadis-hadis," kata Muzakir.
Sebelumnya disebutkan, SL kabur dari RSUD Praya, Lombok Tengah, pada Selasa (28/4/2020).
Pasien ini kabur dari jendela tanpa terali yang tepat berada di samping tempat tidurnya.
Kadis Kesehatan Lombok Tengah Omdah mengatakan, setelah berhasil kabur, SL berjalan kaki hingga ke tempat petugas menemukannya, yang berada di dekat Bypass BIL.
Tempat ini berjarak sekitar 10 kilometer dari rumah sakit.
Dari keterangan SL, dia berjalan kaki melewati Kantor DPRD Lombok Tengah kemudian menuju ke arah barat.
SL pernah beristirahat sambil menunggu shalat subuh di Masjid Wage, Desa Batujai, kemudian melanjutkan perjalanannya kembali.
Pada Rabu pagi, petugas akhirnya berhasil menemukan pasien ini dan kembali menjalani perawatan di RSUD Praya.
Diketahui SL mempunyai riwayat mengikuti Ijtima Ulama Sedunia di Gowa, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari itu, melihat kejadian ini tentu sangat mengkhawatirkan.
Pasalnya apa yang dilakukan SL tersebut sangat membahayakan dirinya juga orang-orang disekitar.
Baca Juga: 5 Manfaat Minum Air Putih Hangat Setiap Buka Puasa, Salah Satunya Menjaga Kesehatan Tenggorokan
Menurut Prof Jonathan Ball selaku ahli virus dari Universitas Nottingham kepada BBC, perawatan baik itu karantina maupun isolasi berguna untuk meminimalisir penyebaran virus corona.
Sebab diketahui virus corona sangat mudah dan cepat sekali penularannya.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus corona antar manusia sering terjadi dalam kontak dekat, yakni sekitar 1,8 meter.
Penyebaran dari orang ke orang ini terjadi terutama melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan dari air liur ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Baca Juga: China Berang India Batal Beli Alat Tes Covid-19 Akibat Tak Akurat
Tetesan ini dapat mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru.
Perlu diketahui, pasien yang dirawat inap atau diisolasi diberikan perawatan untuk melawan gejala-gejala penyakit, selagi sistem kekebalan tubuh mereka memerangi virus.
Apalagi dalam beberapa kasus pasien Covid-19 bisa mengalami pneumonia, sehingga membuatnya membutuhkan alat bantu pernapasan oksigen bahkan sampai seperti ventilator.
Baca Juga: Tetap Kerja Setelah Positif Covid-19, Pegawai Minimarket di Bandung Kena Batunya
"Jika seorang pasien menunjukkan gejala (kesulitan) bernapas, mereka (pihak rumah sakit) akan memberi bantuan untuk bernapas. Jika ada tekanan pada organ tubuh, mereka akan mencoba mendukung tubuh untuk meringankan tekanan," kata Prof Ball.
Sehingga seorang pasien yang dinyatakan positif virus corona sebaiknya tidak menolak untuk dikarantina ataupun diisolasi.(*)
Baca Juga: Alat Tes Corona dari China Tak Akurat, 5 Negara Ini Batalkan Pemesanan hingga Minta Uang Kembali
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,CDC,BBC |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar