Diperingati Karena Kondisi Negaranya Semakin Parah Akibat Covid-19, Presiden Jair Bolsonaro Ancam Hengkang dari WHO

GridHEALTH.id - Semakin mewabahnya virus corona (Covid-19), membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan beberapa negara yang berencana melonggrakan aturan lockdown atau pembatasan sosial.

Tapi bukannya diterima dengan positif, peringatan itu justru membuat negara Brazil justru mengancam keluar dari keanggotaan WHO.

Diketahui saat ini negara-negara Amerika Latin termasuk Brazil tengah menghadapi tingkat infeksi virus corona yang sangat mengkhawatirkan.

Bahkan saking parahnya wilayah Amerika latin disebut sebagai episentrum baru virus corona.

Namun demikian, Presiden Jair Bolsonaro justru mengancam menarik Brasil keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setelah lembaga itu memperingatkan pemerintah Amerika Latin tentang risiko melonggarkan lockdown.

Baca Juga: Update Covid-19; WHO Meyakinkan Masyarakat Dunia, Virus Corona Tidak Bermutasi Menjadi Lebih Berbahaya

Baca Juga: Negara Samba Ini Kewalahan Hadapi Covid-19, Pekerja Ambulans Meninggalkan Mayat di Jalan, 30 Jam Kemudian Baru Diurus

Menurut Rueters, Jair Bolsonaro terus berargumen untuk menghentikan isolasi negara dengan alasan biaya ekonomi lebih besar daripada risiko kesehatan masyarakat.

Negara-negara terpadat di Amerika Latin, Brasil dan Meksiko, menghadapi angka tingkat infeksi baru tertinggi, meskipun pandemi ini juga semakin meningkat di negara-negara seperti Peru, Kolombia, Chili dan Bolivia.

Secara keseluruhan, lebih dari 1,1 juta orang Amerika Latin telah terinfeksi.

Baca Juga: Baru Sehari PSBB Transisi Diberlakukan, di Pasar Pandemi Covid-19 Seakan Telah Usai

Sementara sebagian besar pemimpin telah menangani pandemi ini lebih serius daripada Bolsonaro, beberapa politisi yang mendukung penguncian ketat pada bulan Maret dan April mendorong untuk membuka kembali perekonomian ketika kelaparan dan kemiskinan tumbuh.

Tajuk rencana yang dimuat di halaman depan surat kabar Folha de S.Paulo, Brasil, menyoroti bahwa 100 hari telah berlalu sejak Jair Bolsonaro menggambarkan virus yang sekarang "membunuh satu orang Brasil per menit" sebagai "sedikit flu ".

Baca Juga: Dikira Barang Milik Jenazah PDP Corona, Seorang Pria Malah Bawa Kabur 'Cool Box' Isi Sampel Dahak Pasien Covid-19

"Ketika kita membaca ini, seorang Brazil lainnya meninggal karena virus korona," kata surat kabar itu.

Kementerian Kesehatan Brazil melaporkan pada Kamis malam bahwa kasus-kasus yang dikonfirmasi di negara itu telah meningkat melewati 600.000 dan 1.437 kematian telah didaftarkan dalam 24 jam.

Brasil melaporkan 1.005 kematian lagi Jumat malam, sementara Meksiko melaporkan 625 kematian tambahan.

Dengan lebih dari 35.000 nyawa hilang, pandemi ini telah menewaskan lebih banyak orang di Brazil daripada di mana pun di luar Amerika Serikat dan Inggris.

Baca Juga: Nyaris Terulang, Polisi Cegah Keluarga Bawa Kabur Jenazah PDP Corona di Bitung Sulawesi Utara

Ditanya tentang upaya untuk melonggarkan perintah jarak sosial di Brasil meskipun tingkat kematian harian dan diagnosa meningkat, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris mengatakan kriteria kunci untuk mengangkat kuncian adalah memperlambat transmisi.

"Epidemi, wabah, di Amerika Latin sangat memprihatinkan," katanya dalam konferensi pers di Jenewa. Di antara enam kriteria kunci untuk mengurangi karantina, katanya, "salah satunya ideal memiliki penurunan transmisi kita."

Baca Juga: New Normal Di Lokasi Ini Tak Mudah Dilakukan Karena Satu Hal Krusial

Dalam komentarnya kepada wartawan Jumat malam, Jair Bolsonaro mengatakan Brasil akan mempertimbangkan untuk meninggalkan WHO kecuali jika tidak lagi menjadi "organisasi politik partisan."

Presiden Donald Trump, sekutu ideologis Bolsonaro, mengatakan bulan lalu bahwa Amerika Serikat akan mengakhiri hubungannya dengan WHO, menuduhnya menjadi boneka China, tempat virus korona pertama kali muncul.

Baca Juga: Ferdian Paleka Dianggap Tak Menyesal dan Akan Lakukan Prank Lagi, Sang Pengacara Mohon Kliennya Diampuni: 'Jangan Terlalu Dianggap Seriuslah'

Pengabaian Bolsonaro terhadap risiko virus korona terhadap kesehatan masyarakat dan upaya untuk mengangkat karantina negara telah menuai kritik dari seluruh spektrum politik di Brasil, di mana beberapa politisi menuduhnya menggunakan krisis untuk merusak institusi demokrasi.

Alfonso Vallejos Parás, seorang ahli epidemiologi dan profesor kesehatan masyarakat di Universitas Otonomi Nasional Meksiko, mengatakan infeksi tinggi di Amerika Latin karena virus lambat mendapatkan pijakan di wilayah tersebut.

"Sulit untuk memperkirakan kapan laju infeksi akan turun," katanya.(*)

Baca Juga: Jenazah PDP Covid-19 Jatuh ke Liang Lahat, Tenaga Medis Dicaci Maki Keluarga Pasien: 'Jangan Sok-sokan Bisa'

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

Salam sehat. Gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke, serangan jantung dan penyumbatan berbahaya di kaki dan paru-paru semakin banyak ditemukan pada pasien Covid-19, termasuk beberapa anak-anak. Bahkan gumpalan kecil yang dapat merusak jaringan di seluruh tubuh telah terlihat pada pasien yang dirawat di rumah sakit dan dalam otopsi, membingungkan pemahaman dokter tentang apa yang sebelumnya dianggap ‘hanya’ infeksi saluran pernapasan Selengkapnya klik link di bio. #BerbagiCerita #HadapiCorona #GridHealthID #GridNetwork #infokesehatan #healthinfo #worldhealth #Covid19 #viruscorona #pasienCovid19 #gejalacovid19 #virus #viral #penularanviruscorona #pandemi #pandemic #stroke #penggumpalandarah

A post shared by GridHEALTH (@gridhealth_id) on Jun 5, 2020 at 3:52am PDT

 #berantasstunting

#hadapicorona

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Diperingatkan Risiko Pelonggaran Lockdown di tengah Kasus Corona yang Tinggi, Presiden Brasil Malah Ancam Keluar dari WHO Ikut-ikutan Trump

PROMOTED CONTENT