Baca Juga: BUMN Susun Pemetaan Covid-19, Indonesia Berada di New Normal dan Death Zone, Apa Maksudnya?
"Perlu diperiksa dulu baru ketahuan sesuai SOP (standard operational procedure-Red) Covid-19," ucap Erna.
Erna menjelaskan, almarhum pasien itu merupakan warga Desa Sriamur, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.
Adapun kejadian tersebut bisa sampai terjadi arena tidak sampainya informasi dengan baik yang mudah dipahami masyarakat awam.
Sehingga saat adanya gap komunikasi tersebut masyarakat menjadi berang, karena merasa ditipu, dan diakali.
Belum lagi ditambah bumbu-bumbu yang menyebabka meluasnya informasi ke banyak orang. Jadinya masyarakat dengan mudah tersulut amarahnya.
Baca Juga: Ahli Epidemiologi: Indonesia Tengah Memasuki Puncak Pandemi Virus Corona
Baca Juga: Jubir Sebut 80% Pasien Covid-19 OTG, WHO: Kasus OTG Covid-19 Tergolong 'Sangat Langka'
Terlebih lagi kondisi umum masyarakat sekarang ini sedang dalam kondisi bingung informasi kesehatan, dan kondisi ekonomi yang terpuruk.
Pihak Kepolisian sendiri, menurut Kapolsek Bekasi Timur, Kompol Sutoyo belum bisa mengambil kesimpulan terkait peristiwa itu.
Pihaknya masih melakukan penyelidikan dan pendalaman kejadian tersebut.
"Itu diselidiki dulu apa miskomunikasi antara dokter sama keluarga pasien kita kan engga tahu. Masih dalam pendalaman," tutur dia.
Pihak RS Mekarsari hingga kini belum dapat dimintai keterangan perihal insiden tersebut.
Saat kejadian, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia Kota Bekasi, Eko Nugroho mengatakan, melansir Kompas.com (10 Juni 2020), ada salah satu petugas Rumah Sakit Mekar Sari yang dipukul ketika massa memaksa membawa jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19.
Baca Juga: Jubir Sebut 80% Pasien Covid-19 OTG, WHO: Kasus OTG Covid-19 Tergolong 'Sangat Langka'
Source | : | Kompas.com,Wartakotalive.com |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar