GridHEALTH.id - Umumnya, agar anak terbebas dari penyakit, saat usia bayi baiknya diberikan imunisasi.
Adapun beberapa jenis vaksin yang diberikan kepada anak, salah satunya vaksin Pneumokokus (PCV).
Vaksin PCV merupakan imunisasi untuk melindungi anak dari infeksi bakteri pneumokokus, di mana infeksi bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.
Baca Juga: Tak Perlu Panik, Orangtua Tetap Wajib Berikan Imunisasi pada Anak saat Pandemi Corona
Vaksin ini diberikan pada anak mulai usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan. Jika diberikan pada anak yang sudah berusia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan sebanyak 1 kali.
Selain vaksin PCV, ada pula vaksin Varicella atau Varivax. Vaksin ini merupakan imunisasi rutin untuk mencegah cacar air.
Baca Juga: Fakta, Cacar Air Memang Tidak Akan Muncul Dua Kali, Ini Penjelasannya
Vaksin cacar biasanya diberikan 1 kali yakni setelah anak berusia 12 bulan. Jika vaksin cacar diberikan setelah usia anak 12 tahun, dibutuhkan pemberian 2 dosis dengan jarak minimal sekitar 4 minggu.
Vaksin cacar juga bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah kena cacar air sebelumnya.
Kendati demikian, vaksin ini tidak menjamin anak kebal dari cacar air. Namun imunisasi bisa menurunkan keparahan gejala penyakitnya.
Salah satu efek samping yang bisa saja dialami anak setelah anak mendapatkan vaksin, ialah demam hingga berlanjut menjadi kejang demam.
Baca Juga: Jangan Panik Ketika Anak Alami Kejang Demam, Ini Cara Menanganinya
Apabila kita mendapatkan sang anak mengalami hal tersebut, maka kita tidak perlu panik berlebihan.
Dikutip GridHEALTH.id dari unggahan di Instagram, Dokter Spesialis Anak dr. Arifianto atau yang akrab disapa dokter Apin, membagikan hal-hal yang harus dipahami jika anak mendapatkan vaksin sebagai berikut.
Baca Juga: 5 Jenis Demam dan Penyakit Terkait yang Harus Setiap Orang Ketahui
1. Tidak semua anak demam akan mengalami kejang demam (KD).
Hanya 4-7 dari 100 anak demam akan mengalami KD. Risiko KD tidak berbanding lurus dengan tingginya suhu.
Banyak anak yang demam sampai 40-41 derajat Celsius tidak sampai KD. Anak-anak dengan demam 38 derajat Celsius bisa KD. Genetik berperan pada sampai 50% kasus.
2. Pada KD, maka kejangnya murni karena demamnya, bukan karena yang lain.
Baca Juga: Berita Kesehatan Demam: Cara Mudah Turunkan Demam Anak yang Sering Buat Rewel
Kejangnya bisa karena demam karena sebab apapun. Bisa karena demam pasca imunisasi (meskipun yang mengalami demam pasca imunisasi cacar air dan PCV termasuk jarang).
Bisa karena demam pada infeksi seperti common cold, dan lain-lain.
3. Kondisi yang TIDAK WAJAR pada KD dan HARUS dibawa ke RS:
- Kejang > 5 menit
Baca Juga: Anak Demam Jangan Panik, Ini yang Harus dan Tidak Boleh Dilakukan Orang Tua
- Setelah kejang berhenti, anak tidak kunjung pulih kesadarannya. Masih sulit dibangunkan atau kontaknya tidak seperti biasanya meskipun sadar.
- Kejang berulang beberapa saat setelah berhenti.
Baca Juga: Obat Demam Anak, Parasetamol atau Ibuprofen? Ini Penjelasan Ahli
4. KD tidak mengganggu otak. Kejang disertai demam yang "merusak" otak adalah meningitis dan/atau ensefalitis. Infeksi virus/bakteri ke otak ini SANGAT BERBEDA dengan KD.
5. Pemberian antipiretik/"penurun panas" TIDAK terbukti mampu mencegah berulangnya KD. Maka penggunaan antipiretik sama saja antara yang tidak pernah dengan yang pernah KD.
Baca Juga: Saat Demam Hal Inilah yang Harus Dilakukan di Rumah, Jangan Diselimuti
6. Observasi demam setelah KD berhenti, caritahu apa penyebab demam dan diagnosisnya.
Nah, itulah enam hal yang perlu dipahami ketika anak mendapatkan vaksin.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | instagram.com/dokterapin |
Penulis | : | Levi Larassaty |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar