GridHEALTH.id - Kurangnya sosialisasi dan pemahaman tentang pandemi virus corona (Covid-19) kerap terjadi di tanah air.
Terbaru, warga satu kampung di wilayah Serang, Banten, dikabarkan mengungsi lantaran takut dilakukannya rapid test.
Padahal rapid test sendiri merupakan salah satu metode skrining awal yang banyak digunakan saat ini untuk mendeteksi virus corona dalam tubuh.
Dikutip dari The Guardian, rapid test bekerja dengan mendeteksi antibodi immunoglobulin melalui darah.
Meski memiliki kelemahan false negative, tapi tasil rapid test dapat keluar hanya dalam waktu 15-20 menit dan bisa dilakukan dimana saja sehingga memudahkan tracing.
Sementara itu, kejadian mengungsinya warga karena takut rapid test ini diketahui pada Senin, 15 Juni 2020 lalu.
Baca Juga: Stop Main Gadget di KRL, Tingkatkan Risiko Penularan Covid-19, Virusnya Bertahan 5 Hari
Diberitakan TribunBanten.com, warga Kampung Masigit, Kelurahan Mesjid Priyayi, Kecamatan Kasemen, Kota Serang seharusnya dijadwalkan untuk rapid test di hari tersebut.
Namun hingga pukul 02.00 dini hari, warga kampung itu justru berbondong-bondong meninggalkan tempat tinggal mereka sehingga hanya tersisa anak muda dan bapak-bapak.
Mereka mengungsi karena mereka khawatir dengan rencana tes cepat atau rapid test Covid-19, yang dapat menjadikan mereka pasien Covid-19 di rumah sakit.
“Memang ada informasi bahwa di sini akan ada rapid test pada Senin pagi. Tapi, ternyata jam 2 sampai jam 3 subuh itu warga pada kabur. Ada yang ke rumah saudaranya di Ciceri, pokoknya pergi dari rumahnya,” ungkap warga setempat yang enggan disebutkan namanya, dikutip dari TribunBanten.com.
“Ada lebih dari 100 (warga) yang mengungsi, sekitar 70 % warga di Kampung Masigit sudah mengungsi,” sambung warga itu.
Sekarang ini tersisa para pemuda dan bapak-bapak saja untuk berjaga. Kalau yang anak-anak, perempuan dan yang sakit sudah diungsikan,” katanya.
Baca Juga: Meski Kaki Kirinya Diamputasi, Miss Universe Kolombia Mengaku Tetap Mencintai Tubuhnya
Menurut warga tersebut, hal ini bukan semata-mata kesalahan warga, tetapi tidak adanya sosialisasi yang baik dari pihak kelurahan maupun pemerintah setempat.
“Seharusnya ada yang menjelaskan kepada masyarakat bahwa rapid test ini tidak akan menyengsarakan mereka. Ini demi kebaikan bersama,” ucapnya.
“Saya sudah mencoba menenangkan, tapi kan masyarakat tidak peduli, saya bukan siapa-siapa,” lanjutnya.
Baca Juga: Fakta Covid-19; Hoax Pernyataan yang Menyatakan Virus Corona di Indonesia Telah Bermutasi
Melihat kejadian tersebut, hal ini menunjukan bahwa sosialisasi terkait tes Covid-19 yang dilakukan pemerintah belum maksimal.
Semoga dengan ditemukannya kasus ini, menjadi bahan pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang.(*)
#berantasstunting #hadapicorona
Source | : | The Guardian,TribunBanten.com |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar